Jumat, 18 Januari 2013

TULISAN MANUSIA DAN HARAPAN

TULISAN MANUSIA DAN HARAPAN

1 Cerpen tentang Manusia dan Harapan

1. Kesedihan dan Harapan oleh Mira Kusuma

Ada seorang perempuan mungil sedang berjalan menelusuri sepanjang jalan berdebu. Ia kelihatan tua, tapi raut wajahnya selalu tersenyum, memancarkan cahaya terang bagaikan seorang gadis periang.

Perempuan tua itu kelihatan kurus kerempeng, yang kemudian tiba-tiba berhenti melangkah di suatu tempat tak berpenghuni, ia menunduk ke bawah, dan menatap ke arah bentuk menyerupai sosok tubuh, yang sedang duduk berjongkok, bungkuk merunduk terbungkus debu. Ia tak bisa mengenali lagi raut wajahnya. Ini mengingatkan dirinya pada kain sutra abu-abu menyelimuti tubuh manusia. Perempuan mungil dan kecil itu lalu menghampiri serta menyapanya dengan suara lembut, “Siapakah anda?”

Pancaran mata menatap hampa itu seperti tak bernyawa,  dan tampak lelah, “Aku? Kesedihan.” Bisiknya terbata-bata, suaranya lembut berirama sendu hampir tak terdengar.
“Oh, kesedihan,” Jawab perempuan mungil itu dengan rasa penuh bahagia, seakan-akan mendengar ucapan dari seorang teman akrab yang telah dikenal lama.
“Anda kenal saya?” Tanyanya curiga.
“Tentu saja aku tahu kau siapa, bukankah kau telah membimbing sebagian jalan hidupku?
“Ya, tapi..” Kesedihan agak tergagap, “Mengapa kau tak tinggalkan saja aku sendiri disini?”
“Mengapa aku harus meninggalkanmu, sayangku? Bukankah kau telah mengetahuinya, bagaimana nasib hidup setiap pengungsi yang diasingkan? Sebenarnya aku ingin bertanya ke kau, mengapa kau tampaknya begitu putus asa?” Tanya perempuan tua itu dengan penuh perhatian, lalu ditatapnya mata kesedihan. Wajah yang dulu teduh dan tenang itu kini berurai air mata kesedihan.
“Aku … Aku sedih,” jawab sosok berselimut abu itu, suaranya bergetar menahan pedihnya Kesedihan.

Perempuan tua itu lalu duduk di sampingnya, “Kau kelihatan begitu sedih,” katanya sambil mengangguk-nganggukkan kepalanya dengan penuh perhatian dan pengertian, “Ceritakanlah apa yang membuat kau begitu mendalam sedihnya.”
Kesedihan menghela napas dalam-dalam. Terbersit dibenaknya, apakah kali ini memang ada orang yang benar-benar ingin mendengarkan kisah keinginannya? begitu seringnya orang yang ditemuinya menjadi harapan keinginan dirinya.
“Oh, kau tahu itu,..” ia mulai hati-hati bercerita, “tak ada seorangpun yang menginginkanku. Ini sudah suratan hidupku, hanya sejenak hadir diantara orang-orang yang ingin denganku. jika aku datang menghampirinya, mereka itu seketika merasa takut, serta menghindarinya seperti aku ini wabah penyakit menular… “.

Kesedihan itu menelan air ludahnya, kemudian meneruskan tuturkatanya: “Mereka itu telah menciptakan kata-kata, yang di ucapkan untuk orang-orang yang ingin mereka asingkan, katanya: “Ah, hidup ini adalah sebuah pesta besar”, dan dengan kepalsuan tawa riangnya, menyebabkan perut mereka jadi kejang-kejang atau menderita gangguan pernapasan, katanya, “kekesalan membuat situasi semakin parah”
Namun kenyataannya mereka diserang sakit jantung, lalu katanya “Anda harus tetap bersama-sama”, tetapi malah di bahu dan punggung mereka terasa semakin sakit dan nyeri, kemudian katanya lagi, “Ah..mengeluh dan menangis hanya orang yang lemah, akhirnya mereka harus menahan air mata, yang membuat kepala mereka merasa hampir meledak karena terjangkit penyakit migraine akut. Atau mereka malah di bikin mati rasa, menjadi pecandu alkohol atau obat-obatan, sehingga mereka tidak lagi merasakan aku.”

“Oh ya, orang-orang ini memang sering kutemui” Jawab perempuan tua itu dengan penuh keyakinan akan penjelasan Kesedihan.
Gejolak perasaan Kesedihan seperti semakin tenggelam dalam ketidak berdayaanya,
“Padahal aku ini hanya ingin membantu orang lain. Bila aku sangat dekat dengannya, maka mereka itu bertemu dalam membangun rumah dirinya, dengan begitu mereka mampu menyembuhkan luka-lukanya sendiri. Sedih memiliki kulit sangat tipis, dan luka itu rasanya pedih serta menyakitkan. Penderitaan akan berlangsung lama, bila penyembuhan luka parahnya tidak ditangani sampai tuntas,”
Sejenak Kesedihan memandang Perempuan Tua itu, dan menatapnya sedih dengan penuh kekecewaan,
“Ugh..padahal siapa yang mau kubantu, yang tidak menangis akan menjadi nangis sampai mengeluarkan airmata, dengan begitu lukanya benar-benar bisa sembuh. Tapi bagi orang-orang yang tidak ingin kubantu, sebaliknya, malah mentertawakanku dengan bekas luka mereka yang masih memberkas, atau bahkan mereka penjarakan aku dengan lapisan baju besi masa lalunya, penuh dengan penderitaan sangat pahit rasanya…” Kesedihan tiba-tiba terdiam.
Suasana terasa menjadi hening dan mencekam, tak lama kemudian terdengar suara isak tangis Kesedihan. Menangis memang awalnya lemah, namun bisa menguat sampai akhirnya putus asa.

Perempuan tua itu lantas mendekatkan tubuh sosok Kesedihan, dirangkulnya dalam pelukannya, lalu dihiburnya Kesedihan dengan kelembutan belaian sentuhannya, serasa dalam jiwa getaran keinginan dari tumpuhan harapannya.
“Menangislah, sedih,” bisiknya penuh kasih sayang. “Ketenangan akan memberimu kekuatan baru, mulai saát ini kau tak akan sendirian. Aku akan memandumu sampai putus asamu tidak lagi berkuasa dalam dirimu.”
Kesedihan tiba-tiba berhenti menangis. Ia duduk dan memandang teman barunya dengan heran, “Tapi ….. tapi .. siapakah kau?”
“Aku?” Tanyanya kembali pada Kesedihan, tiba tiba rambut Perempuan mungil dan tua itu kelihatan semakin memutih, yang kemudian ia tersenyum cerah bagaikan gadis muda yang periang, lalu jawabnya ceria “Aku, adalah Harapan.”

MiRa - Amsterdam, 28 Juli 2010




2. Sebuah Harapan

“Assalamu’alaikum………”
Suara khas itu memecah pagi yang masih senyap di kantor kami.
“Waduh! lagi tanggung nih! Pagi amat sch dia datang!”, seruku dalam hati sambil membenahi pakaianku di kamar kecil. Rupanya karena terburu-buru resliting celana panjangku macet, tersangkut bahan celana.
“Assalamu’alaikum………”
Ulang suara itu.
Aku jadi panik.
“Oh God, please help me”, doaku dalam hati, dan “Semoga Allah SWT tidak marah padaku karena urusan resliting macet saja, aku harus minta pertolonganNya”, bisik hati kecilku sambil tetap menarik-narik retsliting celana yang nyangkut. Tetapi karena tergesa-gesa bukannya berhasil, retslitingku malah jebol, rusak.
“Alamak!”, seruku kaget.
Untung saja blouseku lumayan panjang sehingga bisa menutupi bagian depan celana panjangku yang rusak restlitingnya. Setelah yakin bahwa keadaan darurat itu bisa teratasi, aku keluar dari kamar kecil berjalan dengan agak tergesa menuju teras depan seraya berteriak, “Wa’alaikum salam….. sebentar ya Bu…..”, pintaku padanya. Aku lalu berbelok masuk ke ruang kerjaku yang letaknya di sebelah ruang tamu, dan bergegas mencari dompet dari tas tanganku. Sesegera itu pula aku berlari ke teras dan mengulurkan selembar uang bergambar Tuanku Imam Bonjol kepada perempuan tua itu.
“Alhamdulillah….., terima kasih ya Neng, semoga Allah memberi banyak rejeki dan kesehatan kepada Eneng dan keluarga, amin”, doa ibu itu.
“Amin”, jawabku singkat.
“Ibu baik-baik saja?” tanyaku kemudian.
“Iya Neng, baik. Trima kasih ya Neng”, lanjutnya.
Setelah itu, seperti kebiasaannya. Ibu itu lalu membalikkan badan dan perlahan berjalan terpicang-pincang menuju pintu pagar halaman.
Lama kupandangi punggung ibu (pantasnya sih di panggil nenek) bertubuh mungil itu hingga hilang di balik pagar. Langsung saja kisah yang diceritakannya beberapa waktu lalu memenuhi pikiranku.
***
Perempuan tua itu bernama Ruminah, (menurutnya) berumur 68 tahun. Bertubuh mungil, dengan tinggi badan sekitar 140 cm. Setiap hari Jumat sejak kami menempati kantor ini lima tahun lalu, di waktu yang hampir sama, ibu Ruminah selalu ‘singgah’ ke kantor kami. Pakaian yang dikenakannya selalu sama. Kain sarung batik yang telah pudar warnanya dan baju kebaya bahan brokat yang telah usang pula. Tak lupa sebuah ciput (topi yang biasa digunakan sebagai dalaman jilbab) juga dikenakannya.
Ketika menyapa kami di setiap hari Jumat pagi, nada suara ibu Ruminah sangat khas. “Assalamu’alaikum…….,” teriaknya nyaring dengan suaranya yang agak serak. Karena letak ruang kerjaku paling dekat dengan ruang tamu, biasanya akulah yang terlebih dahulu menjawab salamnya itu. Waktu kedatangannya biasa bertepatan dengan kesibukan pagi kami di depan internet. Karena tak ingin kehilangan banyak waktu ketika mengakses internet, biasanya beberapa di antara kami memberi sekedar uang, sekadar berbasa-basi, lalu bergegas meninggalkannya.
Biasanya ibu Ruminah belum akan beranjak pergi bila dua orang ‘donatur’ tetapnya belum hadir semua. Bila yang muncul hanya salah seorang, ibu Ruminah tak segan-segan bertanya, kemana si eneng? atau kemana bapak yang satunya?
Setelah diberi beberapa lembar uang oleh kami, biasanya ibu Ruminah melantunkan doa yang selalu sama. Kemudian ibu Ruminah berbalik dan berjalan menuju pintu pagar kantor dan berlalu.
Rutinitas seperti itu, kami jalani selama hampir empat tahun lamanya. Hingga suatu hari, aku tak tahan untuk tidak berkomunikasi lebih jauh dengan perempuan renta yang berjalan terpincang-pincang itu.
“Tinggal dimana Bu?”tanyaku waktu itu.
“Di Cakung Neng”, jawabnya.
“Jauh dari sini ya, Bu”, sahutku.
“Ya”, jawabnya ringkas seraya duduk di lantai teras kantor kami. Dia lalu mengusap-usap kakinya yang kurus.
“Jangan duduk di bawah Bu,” pintaku.
Ibu Ruminah lalu pindah, dan kami bersama duduk di kursi rotan yang ada di teras.
“Kenapa kakinya Bu?” tanyaku lagi.
“Rematik Neng, sudah lama. Kadang-kadang sampai nggak bisa jalan”, jawabnya.
“Naik apa Ibu ke Pancoran sini?”tanyaku lagi.
“Naik bis”,jawabnya singkat.
Aku mulai gemas dengan jawabannya yang ringkas-ringkas.
“Di Cakung, Ibu tinggal dengan siapa?” tanyaku.
“Dengan orang Neng. Dia baek sekali ngajakin Ibu tinggal bersamanya. Rumahnya sih sederhana dan kecil Neng. Dindingnya aja kayak rumah-rumah di kampung”, terangnya panjang lebar.
Aku terpana, setengah tak percaya.
“Masih saudara ya Bu? Kerja dimana orang yang nolong Ibu itu?” tanyaku beruntun.
“Bukan Neng, bukan saudara. Kerjanya jualan sayur di pasar Cakung”, sahutnya.
Hatiku tercubit. Entahlah, rasanya ada rasa malu menyelinap. Malu kepada Ibu Ruminah juga kepada pedagang sayur di pasar Cakung itu.
“Tapi ya itu Neng”, lanjut ibu Ruminah, ”Ibu memang boleh tinggal di sana tapi untuk makan ibu harus nyari sendiri. Makanya kalo hari Jumat ibu keliling biar dapat duit. Duit itu ibu pake untuk beli makan seminggu. Tapi kalau rematik ibu lagi kumat dan nggak bisa jalan, ya terpaksa nggak bisa keliling nyari duit. Kalo sudah begitu untuk makan ya ibu ngutang. Ntar ibu bayar kalo sudah dapat duit.”
“Ibu punya anak?” tanyaku lagi.
“Punya Neng, cuma satu, perempuan. Tujuh tahun yang lalu dikawin ama orang Aceh trus di bawa ke sana”, terangnya.
“Emang, anak Ibu nggak pernah nengokin Ibu?” tanyaku lagi.
“Nggak Neng, nggak pernah. Jangan kan nengok, ngirim kabar aja enggak pernah. Waktu itu ibu masih di kampung, di Indramayu. Karena lama nggak ada kabar dari anak, ibu trus ke Jakarta. Pikiran Ibu waktu itu, kalo sudah sampai Jakarta ke Acehnya kan sudah dekat”, katanya lirih.
“Subhanallah, betapa lugunya Ibu ini”, batinku. “Apakah ibu Ruminah tidak tahu bahwa untuk pergi dengan bus ke tempat di ujung utara pulau Sumatera itu paling tidak membutuhkan waktu dua hari satu malam?”, dalam hati aku bertanya.
“Sampai sekarang Ibu tidak tau kabar anak ibu dan suaminya. Ibu juga tidak tau apakah ibu sudah mempunyai cucu dari mereka atau belum”, lanjutnya dengan sedih.
“Tapi Neng!”, katanya tiba-tiba. ”Kata orang-orang, di Aceh baru ada tsunami ya? Apa sih tsunami itu Neng?”
“Tuhanku, kuatkan hatiku”, doaku dalam hati. Lalu dengan keterbatasanku, aku mencoba menjelaskan kepadanya mengenai apa itu tsunami.
Tiba-tiba, air matanya luruh perlahan membasahi pipinya yang keriput.
“Ya Rabbi….., kuatkan hatinya”doaku dalam hati.
“Neng,” katanya kemudian. “Jangan-jangan anak ibu dan suaminya sudah mati kena tsunami ya?”
Aku tak kuasa menjawab.
“Barangkali anak ibu dan suaminya tidak tinggal di daerah yang kena tsunami”, aku mencoba memberinya harapan yang aku tahu pasti sia-sia.
“Apa ibu tau di Aceh sebelah mana anak dan menantu ibu tinggal?”tanyaku.
“Nggak Neng?” jawab ibu Ruminah seraya menyusut air mata dengan ujung kebayanya.
Kami bersama larut dalam pikiran masing-masing, hingga tak terasa kami terdiam cukup lama.
“Neng”, akhirnya ibu itu berkata. “Jika benar anak, menantu dan mungkin cucu ibu telah mati karena tsunami, mungkin sudah jalan hidup mereka. Ibu percaya, Allah SWT yang maha pengasih telah mengatur semuanya. Termasuk suratan bahwa ibu harus bertemu dan tinggal dengan ‘anak’ ibu yang lain”.
“Gusti Allah”, rintihku dalam hati, ”Mengapa aku harus menunggu selama ini untuk mengetahui kisah ibu Ruminah. Betapa tumpulnya perasaanku. Padahal Engkau telah memperingatkanku dengan kedatangannya setiap hari Jumat. Rupanya peringatanMu belum cukup membuka mata hatiku untuk sekadar berempati meski hanya dengan menyapanya. Maafkan aku ya Allah, maafkan aku ibu Ruminah…..”.


Sumber:
http://www.rahima.or.id/index.php?view=article&catid=46:cerpen&id=346:cerpen-edisi-17-sebuah-harapan&option=com_content&Itemid=309

TUGAS MANUSIA DAN HARAPAN

TUGAS ILMU BUDAYA DASAR MANUSIA DAN HARAPAN

1. Nilai - Nilai Budaya Sebagai Tolak Ukur Harapan

Dalam hasil budaya yang berupa sastra, dapat dihayati adanya kandungan nilai budaya yang dibawa penulisnya sebagai gagasan utama. Dalam sastra jawa misalnya antara lain terdapat nilai budaya meliputi:
a.    Nilai kejuangan dan semangat pengorbanan
yaitu nilai perjuangan sebagai tolak ukur dan diharapkan dimiliki masyarakat, seperti kesetiaan, kesungguhan, kedisiplinan,dll
b.    Nilai kerumahtanggaan
yaitu nilai yang diharapkan berkembang dalam setiap keluarga
c.    Nilai kemandirian kaum wanita
yaitu, Nilai yang diharapkan dapat dimiliki setiap wanita
Dalam hidup di dunia, manusia dihadapkan pada persoalan yang beragam baik itu masalah positif maupun negative. Untuk menghadapi persoalan hidup tersebut manusia perlu belajar dari manusia lainnya baik formal maupun informal agar memiliki kehidupan yang sejahtera menurut Aristoteles, hidup dan kehidupan itu berasal dari generation spontanea, yang berarti kehidupan itu terjadi dengan sendirinya. Dengan pengetahuan serta pengertian agama tentang adanya kehidupan abadi di akhirat, manusia menjalankan ibadahnya. Ia akan menjalankan perintah Tuhan melalui agama, serta menjauhkan diri dari larangan yang diberikan-Nya. Manusia menjalankan hal itu karena sadar sebagai makhluk yang tidak berdaya di hadapan Tuhan.

 MACAM-MACAM NILAI
Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu :
a. Nilai logika adalah nilai benar salah
b. Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah
c. Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk

Berdasarkan klasifikasi di atas, kita dapat memberikan contoh dalam kehidupan. Jika seorang siswa dapat menjawab suatu pertanyaan, ia benar secara logika. Apabila ia keliru dalam menjawab, kita katakan salah. Kita tidak bisa mengatakan siswa itu buruk karena jawabanya salah. Contoh nilai estetika adalah apabila kita melihat suatu pemandangan, menonton sebuah pentas pertunjukan, atau merasakan makanan, nilai estetika bersifat subjektif pada diri yang bersangkutan. Seseorang akan merasa senang dengan melihat sebuah lukisan yang menurutnya sangat indah, tetapi orang lain mungkin tidak suka dengan lukisan itu. Nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia.

 
Sebagai mahasiswi harapan saya ingin membahagiakan orangtua saya, mencapai kesuksesan dalam hidup, mengejar mimpi yang ingin diraih, jangan pernah putus asa walaupun saya sering mendapatkan kegagalan dalam hidup dan semangat untuk meraih apa yang ingin anda capai, jangan lupa berdoa dan berusaha lebih giat lagi. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kalian semua.
 
2. Makna Harapan
 
Harapan berasal dari kata harap yaitu keinginan supaya sesuatu terjadi atau sesuatu terjadi atau suatu yang belum terwujud. Harapan dapat diartikan sebagai menginginkan sesuatu yang dipercayai dan dianggap benar dan jujur oleh setiap manusia dan harapan agar dapat dicapai ,memerlukan kepercayaan kepada diri sendiri,kepercayaan kepada orang lain dan kepercayaan kepada TUHAN.

Contoh;

Budi seorang mahasiswa universitas terbuka,ia belajar dengan rajin dengan harapan agar nantinya sewaktu ujian semester ia memperoleh nilai A.

Menurut kodratnya dalam diri manusia terdapat 2 dorongan,yaitu dorongan kodrat serta dorongan kebutuhan hidup.terkait dengan kebutuhan manusia tersebut , abraham maslow mengkategorikan kebutuhan manusia menjadi 5 macam atau disebut juga 5 harapan manusia, yaitu;

1.harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup

2.harapan untuk memperoleh keamanan

3.hak untuk mencintai dan dicintai

4.harapan diterima lingkungan

5.harapan memperoleh perwujudan cita-cita

Dalam mencukupi kebutuhan kodrat maupun kebutuhan, manusia membutuhkan orang laen

II.HARAPAN SEBAGAI FENOMENA NASIONAL

Artinya harapan ialah sesuatu yang wajar berkembang dalam diri manusia dimanapun berada.mengutip pandangan A.F.C. Wallace dalam bukunya culture and personality , mas abhoe dhari menegaskan bahwa kebutuhan merupakan salah satu isi pokok dari unsur kepribadian yang merupakan sasaran dari kehendak, harapan ,keinginan,serta emossi seseorang. kebutuhan indifidu dapat dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi:

a)kebutuhan organik individu

1.kebutuhan individu bernilai positive

2.kebutuhan individu bernilai negative

b) Kebutuhan psikologi individu

1)kebutuhan psikologi indifidu bersifat positif
3. Makna Kepercayaan
 
Kepercayaan berasal dari kata percaya,artinya mengakui atau meyakini akan sesuatu kebenaran. Kepercayaan ialah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Kebenaran menurut Peodjawiyatna adalah merupakan cita – cita orang yang tahu, dalam hal ini kebenaran merupakan kebenaran logis, sehingga manusia selalu memilih sebelum melakukan tindakan apakah tindakan ini salah atau benar menurut keyakinannya.

Dalam bidang logika kebenaran ialah persesuaian antara tahu dan objek yang diketahui (kebenaran logis). kebenaran logis disebut juga kebenaran objektif dan kebenaran etis juga disebut kebenaran subjektif. Jika tidak ada persesuaian antara putusa dan objeknya yang diketahui, maka terdapat dua kemungkinan, yaitu:

1. orang yang mengutarakan putusan keliru
2. orang yang mengutarakan putusan sengaja mengutarakan tidak sesuai dengan realita yang diketahuinya.

Dasar kepercayaan ialah kebenaran dan sumber kebenaran adalah manusia, oleh karena itu keepercayaan dibedakan atas:

1. kepercayaan pada diri sendiri, yaitu kepercayaan yang harus ditanamkan pada setiap pribadi manusia. hakikatnya kepercayaan kepada tuhan Yang Maha Esa.
2. Kepercayaan pada orang lain, yaitu percaya pada kata hatinya yang berbentuk pada perbuatan kebenaran kepada orang lain. Misalnya pada saudara, teman, orang tua atau siapa saja.
3. Kepercayaan pada pemerintah
4. kepercayaan kepada tuhan, yaitu meyakini bahwa manusia diciptakan oleh tuhan dan manusia harus bertakwa pada tuhannya. Salah satu cara bertakwa adalah mengukuhkan imannya bahwa tuhan merupakan zat yang merupakan kebenaran mutlak
Sumber :
 

TULISAN MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP

TULISAN MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP

1. Bandingkan ideologi komunis, liberal, dan ideologi pancasila

A.    Ideologi Pancasila
            Sebagaimana yang dikemukakan oleh Alfian (BP7 Pusat,1991 : 192), Pancasila telah memenuhi syarat sebagai ideologi terbuka khususnya di Negara Republik Indonesia. Sebagai ideologi terbuka Pancasila memberikan orientasi ke depan, mengharuskan bangsanya untuk selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya, terutama menghadapi globalisasi dan era keterbukaan dunia dalam segala bidang. Pancasila sebagai  ideologi terbuka memiliki dimensi – dimensi idealitas, normatif, dan realitas. (Indonesia)
 
B.     Liberalisme
Jika dibandingkan dengan ideologi Pancasila yang secara khusus norma-normanya terdapat di dalam Undang-Undang Dasar 1945, maka dapat dikatakan bahwa hal-hal yang terdapat di dalam Liberalisme terdapat di dalam pasal-pasal UUD 1945, tetapi Pancasila menolak Liberalisme sebagai ideologi yang bersifat absolutisasi dan determinisme.
Liberalisme merupakan paham yang memberikan penekanan kebebasan individu ssehingga kesejahteraan bukan menjadi tanggung jawab negara. (Amerika Serikat, Argentina, Bolivia, Brazil, Cili, Cuba, Kolombia, Ekuador, Honduras, Kanada, Meksiko, Nikaragua, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay, Venezuela Aruba, Bahamas, Republik Dominika, Greenland, Grenada, Kosta Rika, Puerto Rico Suriname.
Benua eropa: Albania, Armenia, Austria, Belgia, Bulgaria, Kroasia, Cyprus, Republik Cekoslovakia, Denmark, Estonia, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Islandia, Italia, Latvia, Lithuania, Luxembourg, )
 
C.    Komunisme
Komunisme sebagai anti Kapitalisme menggunakan sistem Sosialisme sebagai alat kekuasaan sebagai prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara merata. Komunisme sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya sehingga Komunisme juga disebut anti Liberalisme.
Dalam Komunisme perubahan sosial harus dimulai dari peran Partai Komunis. Jadi perubahan sosial dimulai dari buruh, namun pengorganisasian buruh hanya dapat berhasil jika bernaung di bawah dominasi partai. (Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan Laos.)
 
D.    Sosialisme
Sosialisme merupakan ideologi yang lebih mengedepankan persamaan / pemerataan derajat antar masyarakatnya. Ideologi Sosialisme berpandangan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri – sendiri. Kerja sama atau gotong royong akan membuat kehidupan dalam bermasyarakat menjadi lebih baik.
Sosialisme mencita-citakan sebuah masyarakat yang didalamnya semua orang hidup dan dapat bekerja sama dalam kebebasan dan solidaritas dengan hak-hak, yang sama. Tujuannya ialah mengorganisir buruh dan menjamin pembagian merata hasil-hasil yang dicapai, memberikan ketenteraman dan kesempatan bagi semua orang. ( Kuba dan Venezuela.)

Perbandingan ideologi Pancasila dengan ideologi Liberalisme, Komunisme, Sosialisme.
       IDEOLOGI

ASPEK

LIBERALISME

KOMUNISME

SOSIALISME

PANCASILA
POLITIK HUKUM







EKONOMI







AGAMA








PANDANG-AN TERHADAP INDIVIDU DAN MASYARA-AT



CIRI KHAS
-     Demokrasi liberal
-     Hukum untuk melindungi individu
-     Dalam politik mementingkan individu



-   Peran negara kecil
-   Swasta mendominasi
-   Kapitalisme
-   Monopolisme
-   Persaingan bebas

-   Agama urusan pribadi
-   Bebas beragama
·  Bebas memilih agama
·  Bebas tidak beragama


-   Individu lebih penting dari pada masyarakat
-   Masyarakat diabdikan bagi individu


-   Penghargaan atas HAM
-   Demokrasi
-   Negara hokum
-   Reaksi terhadap apsolutisme






-   Demokrasi rakyat
-   Berkuasa mutlak satu parpol
-   Hukum untuk melanggengkan komunis



-   Peran negara dominan
-   Demi kolektivitas berarti demi negara
-   Monopoli negara

-   Agama candu masyarakat
-   Agama harus dijauhkan dari masyarakat





-   Individu tidak penting
-   Masyarakat tidak penting
-   Kolektivitas yang dibentuk negara lebih penting

-   Atheisme
-   Dogmatis
-   Otoriter
-   Ingkar HAM
-   Reaksi terhadap liberalesme dan kapitalisme
-   Demokrasi untuk kolektivitas
-   Diutamakan kebersamaan
-   Masyarakat sama dengan negara



-   Peran negara ada untuk pemerataan
-   Keadilan distributif yang diutamakan


-   Agama men dorong perkembangan-nya kebersama-an





-   Masyarakat lebih penting dari individu






-   Kebersamaan
-   Akomodasi
-   Jalan tengah
-   Demokrasi Pancasila
-  Hukum untuk menjunjung tinggi keadilan dan keberadaban individu dan masyarakat


-  Peran negara ada untuk tidak terjadi monopoli, yang dirugikan rakyat



-  Bebas memilih salah satu agama
-  Agama harus menjiwai dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara


-Individu diakui keberadaanya
-  Masyarakat diakui keberadaannya






- 
Individu akan punya arti apabila hidup di tengah masyarakat

-  Keselarasan keseimbangan, dan keserasian dalam setiap aspek kehidupan

Sumber : Setiadi, Elly M. 2003.Pendidikan Pancasila. Jakarta : Gramedia

TUGAS MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP

TUGAS ILMU BUDAYA DASAR MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
 
1. Pengertian Pandangan Hidup dan Ideologi
 
                                                       PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP
Pandangan hidup adalah nilai-nilai yang di anut oleh suatu masyarakat yang di pilih secara selektif oleh para individu dan golongan dalam masyarakat. Setiap manusia memiliki keinginan baik maupun buruk. Sikap hidup adalah perasaan hati dalam menghadapi hidup,sikap tersebut bisa positif,negatif,apatis atau sikap optimis maupun pesimis tergantung kepada pribadi dan lingkungannya.
Manusia adalah bagian dari pandangan hidup. Dalam kehidupan tidak ada seorang pun manusia yang tidak memiliki pandangan hidup. Apapun yang di katakan manusia adalah sebuah pandangan hidup karena dapat dipengaruhi oleh pola pikir tertentu pada setiap individu. Pandangan hidup bersifat elastis, tergantung kepada situasi dan kondisi dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan hidup dimana manusia tsb berada.
Sumber pandangan hidup berasal dari agama, ideologi maupun hasil perenungan seseorang yang bersifat relatif. Setiap individu memiliki pandangan hidup dan cita-citanya sendiri dan selalu bermimpi untuk mencapai apa yang dia inginkan sesuai dengan cita-citanya.Tidak sedikit manusia yang mimpinya menjadi kenyataan. Bermula dari mimpi akan menjadikan kita semangat untuk mengejar mimpi tersebut.

 
Pandangan hidup yang diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :

  1. Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan yang mutlak kebenarannya 

  2. Pandangan hidup yang berupa idiologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut 

  3. Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya
 Pandangan hidup pada dasarnya mempunyai unsur-unsur yaitu :

  1. Cita-cita 

  2. Kebajikan

  3. Usaha 

  4. Keyakinan / kepercayaan

 
Langkah-langkah berpandangan hidup yang baik :

  1. Mengenal : suatu kodrat bagi manusia yang merupakan tahap pertama dari setiap aktivitas hidupnya yang dalam hal ini mengenal apa itu pandangan hidup.

  2. Mengerti : maksudnya mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri.

  3. Menghayati pandangan hidup kita memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai kebenaran pandangan hidup itu sendiri. Menghayati disini dapat diibaratkan menghayati nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

  4. Meyakini : suatu hal untuk cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai tujuan hidup.

  5. Pengabdian : sesuatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya dan orang lain.

 
Ada 3 hal faktor-faktor yang menentukan tingkah laku setiap manusia, yaitu :
1. Faktor pembawaan (heriditas) yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan.
2. Faktor lingkungan dimana mereka tinggal dan hidup dalam lingkungan yang baik maupun tidak baik.
3. Faktor pengalaman yang khas yang pernah dialami sewaktu dia mulai hidup dan hingga sampai dewasa.
Pada dasarnya meskipun pandangan hidup manusia berbeda-beda namun kita di tuntut untuk dapat membawa kebaikan dalam berpandangan tentang hidup. Selalu berfikir positif adalah hal yang akan membawa kita ini hidup penuh dengan kebaikan dan akan membawa kita kepada pribadi yang tangguh, pribadi yang dapat menyesuaikan diri dimanapun kita berada, tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif yang ada di lingkungan tempat kita tinggal
 
                                               PENGERTIAN IDEOLOGI
 
Ideology adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup kalau mengikuti apa yang tertuang dalam kamus besar bahasa Indonesia. Ideology adalah tidak sama dengan aqidah. Ideology adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk konsep bersistem yang menjadi dasar atau asas teori yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup manusia. Sedangkan aqidah adalah bukan lahir dari pemikiran manusia, melainkan lahir karena Islam yang diturunkan oleh Allah SWT. Hak ideology ada 2, yaitu:

 
1. Ideology Hukum

 
Rincian dari keseluruhan orang dan masyarakat yang dapat memberikan dasar atau legitimasi bagi keberadaan lembaga – lembaga yang akan datang. System hokum 
atau bagian dari dari system hokum.

 
2. Ideology Politik

 
Himpunan nilai – nilai ide, norma – norma, kepercayaan dan keyakinan, yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang atas dasar dan probelema politik yang dihadapinya dan yang menetukan tingkah laku politiknya.
 
2. Makna Cita Cita
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, yang disebut cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Baik keinginan, harapan, maupun tujuan merupakan apa yang mau diperoleh seseorang pada masa mendatang. Dengan demikian cita-cita merupakan semacam garis linier
yang makin lama makin tinggi, cita-cita merupakan keinginan, harapan, dan tujuan manusia yang makin tinggi tingkatannya.
Apabila cita-cita itu tidak mungkin atau belum mungkin terpenuhi, maka cita-cita itu disebut angan-angan. Disini persyratan dan kemampuan tidak/belum dipenuhi sehingga usaha untuk mewujudkan cita-cita tidak mungkin dilakukan. Misalnya seorang anak bercita-cita ingin menjadi dokter, ia belum sekolah, tidak mungkin berpikir baik, sehingga tidak punya kemampuan berusaha mencapai cita-cita. Itu baru dalam taraf angan-angan.
Antara masa sekarang yang merupakan realita dengan masa yang akan datang sebagai ide atau cita-cita terdapat jarak waktu. Dapatkah seseorang mencapai apa yang dicita-citakan, hal ini tergantung dari tiga faktor ;

1. Manusianya, yaitu yang memiliki cita-cita

2. Kondisi yang dihadapi selama mencapai apa yang dicita-citakan

3. Seberapa tinggikah cita-cita yang hendak dicapai



Faktor manusia yang mau mencapai cta-cita ditentukan oleh kualitas manusianya. Ada yang tidak berkemauan, sehingga apa yang dicita-citakan hanya merupakan khayalan saja. Hal demikian banyak menimpa anak-anak muda yang memang senang berkhayal, tetapi sulit mencapai apa yang akan dicita-citakan karena kurang mengukur dengan kemampunnya sendiri. Sebaliknya dengan anak yang dengan kemauan keras ingin mencapai apa yang di cita-citakan. Cita-cita merupakan motivasi atau dorongan dalam menempuh suatu perjuangan hidup untuk mencapainya. Cara keras dalam mencapai cita-cita merupakan suatu perjuangan hidup yang bila berhasil akan menjadikan dirinya puas.

 
Faktor Kondisi yang mempengaruhi tercapainya cita-cita, pada umumnya dapat disebut yang menguntungkan dan yang menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar tercapainya suatu cita-cita, sedangkan faktor yang menghambat merupakan kondisi yang merintangi tercapainya suatu cita-cita.

 
Faktor tingginya cita-cita yang merupakan faktor ketiga dalam mencapai cita-cita. Memang ada anjuran agar seseorang menggantungkan cita-citanya setinggi
bintang dilangit. Tetapi bagaimana faktor manusianya, mampukah yang bersangkutan mencapainya, demikian juga faktor kondisinya memungkinkan hal itu. Apakah dapat merupakan pendorong atau penghalang cita-cita. Sementara ada anjuran, agar seseorang menemukan cita-citanya yang sepadan atau sesuai dengan kemampuannya. Pepatah mengatakan "bayang-bayang setinggi badan" artinya mencapai cita-cita sesuai dengan kemampuan dirinya. Anjuran yang terakhir ini menyebabkan seseorang secara bertahap mencapai apa yang diidam-idamkan. Pada umumnya dilakukan dengan penuh perhitungan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki saat itu serta kondisi yang dilalui.

Suatu cita-cita tidak hanya dimiliki oleh individu, masyarakat dan bangsapun memiliki cita-cita juga. Cita-cita suatu bangsa merupakan keinginan atau tujuan suatu bangsa. Misalnya bangsa Indonesia mendirikan suatu negara yang merupakan sarana untuk menjadi suatu bangsa yang masyarakatnya memiliki keadilan dan kemakmuran.

3. Makna Kebajikan

Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama dengan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama, dan etika. Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu baik, makhluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat baik.

Manusia adalah seorang pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan. Kedua unsur terpisah bila manusia meninggal. Karena merupakan pribadi, manusia mempunyai pendapat sendiri, ia mencintai diri sendiri, seringkali manusia tidak mengenal kebajikan.

Manusia merupakan makhluk sosial : manusia hidup bermasyarakat, manusia saling membutuhkan, saling menolong, saling menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membenci, saling merugikan dan sebagainya.

Manusia sebagai makhluk Tuhan, diciptakan Tuhan dan dapat berkembang karena Tuhan. Untuk itu manusia dilengkapi kemampuan jasmani
dan rohani juga fasilitas alam sekitarnya seperti tanah, air, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.

Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi yaitu ;
∗ Manusia sebagai makhluk pribadi
∗ Manusia sebagai anggota masyarakat
∗ Manusia sebagai makhluk Tuhan

Sebagai makhluk pribadi, manusia dapat menentukan sendiri apa yang yang baik dan apa yang yang buruk. Baik buruk itu ditentukan oleh suara hati adalah semacam bisikan didalam hati yang mendesak seseorang, untuk menimbang dan menentukan baik buruknya suatu perbuatan, tindakan atau tingkah laku. Jadi sura hati dapat merupakan hakim untuk diri sendiri. Sebab itu, nilai suara hati amat besar dan penting dalam hidup manusia. Misalnya orang tahu bahwa membunuh itu buruk, jahat, suara hatinya mengatakan demikian, namun manusia kadang-kadang tak mendengarkan suara hatinya.

Suara hati selalu memilih yang baik, sebab itu ia selalu mendesak orang untuk berbuat yang baik bagi dirinya. Oleh karana itu, kalau seseorang untuk berbuat sesuatu sesuai sdengan bisikan suara hatinya, maka orang tersebut perbuatannya pasti baik. Karena merupakan anggota masyarakat, maka seseorang juga terikat dengan suara masyarakat.Setiap masyarakat adalah kumpulan pribadi- pribadi, sehingga setiap suara masyarakat pada hakekatnya adalah kumpulan suara hati pribadi-pribadi dalam masyarakat itu. Sebagaimana sura hati tiap pribadi itu pasti selalu menginginan yang baik, maka masyarakat yang terdiri atas pribadi-pribadi itu pun pasti suara hatinya juga menginginkan yang baik.

Sesuatu yang baik bagi masyarakat, berarti baik bagi kepentingan masyarakat. Tetapi dapat saja terjadi, bahwa sesuatu yang baik bagi kepentingan umum/ masyarakat tidak baik bagi salah seorang atau segelintir orang didalamnya atau sebaliknya. Dengan demikian seseorang harus tunduk kepada apa yang baik bagi masyarakat umum.

Sebagai makhluk Tuhan, manusiapun harus mendengarkan suara hati Tuhan. Suara Tuhan selalu membisikan agar manusia berbuat baik dan
menghilangkan perbuatan yang tidak baik. Jadi untuk mengukur perbuatan baik buruk, harus kita dengar pula suara Tuhan atau kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan berbentuk hukum Tuhan atau hukum agama.

Jadi kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat dan hukum Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan, santun, berbahasa baik, bertinkah laku baik, ramah tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang melihatnya.

Baik buruk, kebajikan dan ketidak bajikan menimbulkan daya kreatifitas bagi seniman. Banyak hasil seni lahir dari imajinasi kebajikan dan ketidak bajikan.

Namun ada pula kebajikan semu, yaitu kejahatan yang terselubung kebajikan. Kebajikan semu ini sangat berbahaya, karena pelakunya orang-orang munafik, yang bermaksud mencari keuntungan diri sendiri.Kebajikan nyata dapat dirasakan dalam tingkah lakunya, karena tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri sehingga tingkah laku setiap orang berbeda beda.

4. Makna Sikap Hidup

Sikap hidup adalah keadaan hati dalam menghadapi hidup ini. Sikap itu bisa positif, bisa negatif, apatis atau sikap optimis atau persimis, bergabung pada pribadi orang itu dan juga lingkungannya.

Sikap itu penting, setiap orang mempunyai  sikap dan sudah tentu tiap-tiap orang berbeda sikapnya. Sikap dapat dibentuk sesuai dengan kemauan yang membentuknya. Pembentukan sikap ini terjadi melalui pendidikan. Seperti halnya orang militer yang bersikap tegas, berdisiplin tinggi, sikap kesatria, karena dalam kemiliteran ia dididik kearah sikap itu. Sikap dapat juga berubah karena situasi, kondisi, dan lingkungan.

Dalam menghadapi kehidupan, yang berarti manusia menghadapi manusia lain atau menghadapi kelompok manusia, ada beberapa sikap etis dan nonetis. Sikap etis ini disebut juga sikap positif yaitu sikap lincah, sikap tenang, dikap halus, sikap berani, sikap arif, sikap rendah hati dan sikap bangga.

Sikap nonetis atau negatif ialah sikap kaku, sikap gugup, sikap kasar, sikap takut, sikap angkuh, sikap rendah diri. Sikap-sikap itu harus di jauhkan  dari diri pribadi, karena sangat merugikan baik bagi pribadi masing-masing maupun bagi kemajuan bangsa.

Dalam berbagai perpustakaan, khususnya yang menelaah sikap manusia, ada semacam kesepakatan bahwa sikap tidak lain merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang berarti bahwa sikap seseorang terhadap objek tertentu pada dasarnya merupakan hasil penyesuaian diri seseorang terhadap objek yang bersangkutan dengan dipengaruhi oleh lingkungan susial serta kesediaan untuk bereaksi terhadap objek tersebut

Dalam kurun waktu setengah abad terakhir inipengkajian terhadap sikap manusia, khususnya yang dilakukan oleh disiplin spikologi sosial, ada yang mengatakan sikap berpangkal pada pembawaan atau kepribadian, ada yang menempatkan sikap sebagai motif atau sesuatu kontruk yang mendasari tingkah laku seseorang, dan ada pula yang mengidentikkan sikap sengan keyakinan, kebiasaan, pendapat atau konsep-konsep yang dikembangkan oleh seseorang. Bahwa mengidentifikasi sikap tidak dapat dilihat secara langsung akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup. Secara operasional pengertian sikap menunjukkan konotasi ada kesesuaian reaksi terhadap katagori stimulus tertentu, sementara dalam penggunaan praktis sikap sering kali dihadapkan dengan rangsang sosial dan reaksi yang bersifat emosional.

Menurut T. M. Newcomb, sikap manusia bukanlah suatu kontruk yang berdiri sendiri, akan tetapi paling tidak ia mempunyai hubungan yang sangat erat dengan yang lain, seperti dorongan, motivasi, nilai-nilai sikap. Dorongan adalah keadaan organisme yang menginisiasikan kecendrungan kearah aktivitas umum. Motivasi adalah kesiapan yang ditujukan pada sasaran dan dipelajari untuk tingkah laku dan bermotivasi. Sikap adalah kesiapan secara umum untuk suatu tingkah laku bermotivikasi, sedangkan nilai-nilai adalah sasaran atau tujuan yang bernilai terhadap berbagai pola sikap dapat.

Menurut Van Peursen dalam bukunya strategi kebudayaan mengenai aktualisasi sikap manusia dari zaman ke zaman dalam menghadapi kekuasaan-kekuasaan tersebut, melihat adanya 3 periode peralihan yang mencolok yang dialami manusia pada umumnya. Ketiga pagiode itu adalah:

a.       Tahap mitis ialah sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-dewa alam raya atau kekuasaan kesuburan

b.      Tahap antiologi ialah sikap manusia yang tidak hidup lagi dalam kepungan, ia menyusun suatu ajaran atau teori mengenai dasar hakikatnya segala sesuatu (antologi) dan mengenai segala sesiatu menurut perinciannya (ilmu-ilmu)

c.       Tahap fungsianal ialah sikap dan alam pikiran yang makin nampak dalam diri manusia modern. Ia tidak begitu terpesona lagi oleh lingkungan (sikap mitis), ia tidak lagi dengan kepala dingin ambil jarak terhadap objek penyelidikannya (sikap antologis).

Sementara itu Franz Magnis Suseno melihat adanya dua bahaya yang terjadi kendala bagi manusia dalam upaya memenuhi ataupun mempertahankan sikap hidup, kedua bahaya yang dimaksud adalah nafsu dan pamrih.

Nafsu adalah perasaan-perasaan kasar yang bisa menggagalkan kontrol diri manusia dan sekaligus membelenggunya secara buta secara lahir. Nafsumemperlemah manusia karena pemborosan kekuatan-kekuatan batin tanpa guna. Seseorang yang dikuasai nafsu, boleh jadi tidak lagimenuruti akal budinya, tidak bisa lagi mengembangkan segi-segi halusnya, semakin mengancam lingkungannya, menimbulkan konflik dan ketegangan-ketegangan dalam masyarakat dan pada instansi terakhir, membahayakan ketentraman.

Pamrih dan egoisme juga menjadi musuh manusia. Ini bias dimengerti mengingat seseorang yang bertindak lantaran pamrih semata-mata biasanya cendrung mengusahakan kepentingannya sendiri tanpa memperdulikan kepentingan masyarakat. Dilihat dari kacamata sosial pun pamrih itu selalu mengacau karena merupakan tindakan tanpa perhatian terhadap keselarasan sosial. Selain itu pamrih sekaligus memperlemah manusia dari dalam,  karena sikap yang mengajar pamrih biasanya akan memutlakkan kekuatannya sendiri. Dengan demikian itu ia mengisolasikan dirinya sendiri dan memotong diri dari sumber kekuatan  batin yang tidak terletak dalam individualitasnya, melainkan dalam dasar yang mempersatukan semua kekuata pada dasar jiwa mereka.

Menurut Soetrisno dalam bukunya Falsafah Hidup Pancasila sebagaimana tercermin Falsafah Hidup Orang Jawa, ia melihat adanya tiga, yaitu:

a.       Selalu ingin menang sendiri

b.      Selalu ingin benar sendiri

c.       Hanya mementingkan kebutuhannya sendiri

Selain yang tertera diatas ada juga sikap lain yang dianggap kurang baik, yaitu kebiasaan untuk menarik keuntungan sendiri dari setiap situasi tanpa memperhatikan masyarakat kecendrungan untuk memperoleh hak yang lebih dibanding orang lain dengan alasan juga yang diberikannya.

5. Hubungan Manusia dan Pandangan Hidup

Akal dan budi sebagai milik manusia ternyata membawa ciri tersendiri akan diri manusia itu. Sebab akal dan budi mengakibatkan manusia memiliki keunggulan dibandingkan makhluk lain. Satu diantara keunggulan manusia tersebut adalah pandangan hidup. Disatu pihak manusia menyadari kehidupannya lebih kompleks.

Pandangan hidup berupa suatu penggaris yang mungkin dapat dinyatakan dengan kata-kata sebagai rumusan juga dapat dikatakan rumusan:

a.       Orang yang sulit menyusun perasaan, pikiran dan kejiwaan.

b.      Juga karena ia sendiri menyadari bahwa mungkin ia dapat berbuat/ bertindak yang melanggar prinsip-prinsip yang dikatakan.

c.       Dan khawatir kalau ada kritik besar dan penyelewengan pandangan hidup dari anak-anak atau orang yang di bimbing.

Menurut Drijarko S. J. Mengatakan bahwa manusia itu serba terhubung dengan dunia jasmani sekitarnya, terhubung erat dengan masyarakat dan akhirnya manusia itu tergantung seluruhnya pada yang ada, yang mutlak, yaitu Tuhan.

Pandangan hidup adalah Filsafat hidup. Sesuai dengan arti filsafat yaitu cinta akan kebenaran tentulah bentuk kebenaran yang akan dicapai kebenaran yang dapat diterima oleh siapa saja.

Kesadaran akan kelemahan dirinya memaksa manusia mencari kekuatan diluar dirinya. Dengan kekuatan ini manusia berharap dapat terlindung dari ancaman-ancaman yang selalu mengintai dirinya, baik yang fisik maupun yang non fisik, seperti penyakit, bencana alam, kegelisahan, ketakutan.

Banyak orang yang pandangan hidupnya didasari pandangan-pandangan hidup untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya; pada waktu mudanya, tetapi disaat-saat mendekati kematiannya mulai berbuat seperti orang-orang yang hidup beragama.

Jadi pandangan hidup merupakan keseluruhan garis dan kecendrungan jalan-jalan dan nilai-nilai yang akan dicapaiuntuk landasan semua dimensi kehidupan. Dengan demikian bahwa pandangan hidup merupakan masalah yang asasi bagi manusia. Sayangnya manusia tidak memahami dan menyadarinya, sehingga banyak orang yang memeluk sesuatu agama semata-mata atau sadar keturunan. Akibatnya banyak orang yang beragama hanya pada lahirnya saja dan tidak sampai batinnya, atau sering dikenal dengan agama KTP. Padahal urusan agama adalah urusan akal, seperti dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW: “Agama adalah akl, tidak ada agama bagi orang-orang yang tidak berakal”.

Maksud Nabi Muhammad SAW tersebut adalah agar manusia dalam memilih suatu agama benar-benar berdasarkan pertimbangan akalnya, dan bukan semata-mata karena asas keturunan. Hal ini di tegaskan dalam firman Allah SWT, surat Al-Baqarah ayat 236 yang artinya: “Tidak ada paksan untuk memasuki suatu agama, sesungguhnya telah jelas antara jalan (agama) yang benar dan jalan (agama) yang salah”.

Dalam firman Allah SWT itu tersirat bahwa betapa Dia menghargai akal manusia. Dia hanya menawarkan atau mendorongkan ini yang baik dan ini yang buruk. Akhir keputusan terserah kepada manusia, sebab manusia mempunyai akal. Dan Allah SWT telah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 19 yang artinya: ”Agama yang benar bagi Allah itu hanyalah Islam”. Namun agama apa yang akan dipilih oleh manusia sebagai sandaran hidupnya, diserahkan hidupnya kepada manusia itu sendiri.

Pandangan hidup ternyata sangat penting, baik untuk kehidupan sekarang maupun kehidupan di akhirat, dan sudah sepantasnya setiap manusia memilikinya. Maka pilihan pandangan hidup harus betul-betul berdasarkan pilihan akal, bukan sekedar ikut-ikutan saja.

Pandangan hidup berbeda dengan cita-cita. Cita-cita misalnya:

ü  Ingin punya istri cantik, terpelajar tapi setia

ü  Ingin punya suami tinggi, tampan (simpatik), pilot dan setia

ü  Ingin jadi insinyur, doktor, atau pilot

ü  Ingit hidup selamat, bahagia alis tidak kekurangan apapun

Sedangkan pandangan hidup:

ü  Hidup bahagia, sejahtera

ü  Hidup sejahtera, penuh kebahagiaan dan cinta kasih

ü  Hidup panjang umur untuk sanad kerabat dan dirinya serta bahagia, penuh cinta kasih

 



Sumber :
http://dwikacahayu.wordpress.com/2011/11/26/manusia-dan-pandangan-hidup/