Minggu, 10 November 2013

Flora Fauna yang Menjadi Maskot Satu Kota

Elang Bondol Maskot Kota Jakarta

Elang Bondol sebagai maskot kota Jakarta, pastinya sudah diketahui oleh semua warga kota Jakarta. Bahkan bus transjakarta pun turut menggunakan gambar burung Elang Bondol (dengan mencengkeram Salak Condet) sebagai logo yang terpasang di setiap bisnya. Namun bagi yang memperhatikan pastinya juga akan mafhum jika semakin hari, Sang Maskot Kota Jakarta, Elang Bondol, semakin sulit dijumpai dan langka.

Elang Bondol merupakan salah satu jenis elang yang dapat dijumpai di Indonesia. Elang Bondol kadang disebut juga sebagai Lang Lang Merah atau Elang Tembikar. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Brahminy Kite atau Red-backed Sea-eagle. Sedangkan nama ilmiah hewan ini adalah Haliastur indus yang bersinonim dengan Falco indus.

Elang Bondol sering kali hidup sendiri. Meskipun pada daerah dengan sumber makanan yang melimpah dapat hidup berkelompok hingga mencapai 35 individu. Bukan hanya penampilannya saja yang terlihat gagah, namun gerakan akrobatik burung ini di udara juga kerap mempesona. Elang Bondol sering memamerkan gerakan terbang naik dengan cepat diselingi gerakan menggantung di udara, kemudian menukik tajam dengan sayap terlipat dan dilakukan secara berulang-ulang. Selain itu sering kali burung ini terbang rendah di atas permukaan air untuk mencari mangsa.

Makanan Elang Bondol cukup bervariasi. Burung ini sering memakan kepiting, udang, dan ikan, hingga sampah dan ikan sisa tangkapan nelayan. Elang Bondol juga memangsa burung, anak ayam, serangga, dan mamalia kecil. Mangsa tersebut dapat berupa mangsa hidup ataupun telah mati.

Suara burung Elang Bondol saat terbang berpasangan terdengar seperti jeritan dengan suara “iiuw- wir-r-r-r-r”. Dan saat memburu pendatang atau burung saingan akan mengeluarkan suara lengkingan keras bernada “piiiii-yah”.

Musim berkembang biak biasanya berlangsung pada bulan Januari-Juli dan Mei-Oktober. Burung ini akan membuat sarang yang tersusun atas patahan batang, rumput, daun, rumput laut, sisa makanan dan sampah dan diletakkan di atas pohon yang tersembunyi. Dalam satu musim bertelur antara 1-4 butir berwarna berwarna putih, sedikit berbintik merah yang akan menetas setalah dierami selama 28-35 hari.

Anak elang mulai belajar terbang di usia 40-56 hari, dan mulai hidup mandiri setelah dua bulan.

Daerah Persebaran dan Habitat. Elang Bondol (Haliastur indus) mempunyai daerah persebaran yang luas mulai dari Australia, Bangladesh, Brunei Darussalam, Kamboja, Cina, India, Indonesia, Laos, Makao, Malaysia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Papua New Guinea, Filipina, Singapura, Kepulauan Solomon, Sri Lanka, Taiwan, Taiwan, Thailand, Timor-Leste, dan Vietnam. Di Indonesia, burung yang menjadi maskot kota Jakarta ini dapat ditemukan di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua.

Habitat utama burung Elang bOndol adalah daerah pesisir pantai, hutan mangrove, rawa-rawa, dan danau di daerah dataran rendah hingga ketinggian 3000 meter dpl.

Populasi dan Konservasi. Secara global diperkirakan populasi burung Elang Bondol sekitar 100.000 individu dewasa (birdlife). Di tambah dengan daerah persebarannya yang sangat luas, membuat IUCN Red List tetap memberikan status konservasi Least Concern (Resiko Rendah) kepada burung pemangsa ini sejak 2004. Sedangkan CITES (Convention on International Trade of Endangered Fauna and Flora / Konvensi tentang Perdagangan International Satwa dan Tumbuhan) memasukkannya dalam daftar Apendiks II.

Di Indonesia sendiri Elang Bondol termasuk satwa yang dilindungi dan terdaftar dalam lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999. Selain itu Elang Bondol ditetapkan sebagai Fauna Identitas (Maskot) Provinsi DKI Jakarta mendampingi Salak Condet (Flora Identitas) berdasarkan Keputusan Gubernur No 1796 Tahun 1989. Terakhir, burung pemangsa ini juga dijadikan logo Transjakarta.

Meskipun populasi global masih dianggap cukup aman dari kepunahan, namun di beberapa tempat di Indonesia, Elang Bondol justru mulai langka dan sulit ditemukan. Kota Jakarta yang mengambil burung ini ssebagai maskotnya termasuk daerah yang ‘ditinggalkan’ burung ini. Keberadaannya hanya bisa ditemukan di beberapa pulau di Kepulauan Seribu saja.

Penurunan populasi Elang Bondol diakibatkan oleh hilangnya habitat, perburuan dan perdagangan satwa, penggunaan pestisida yang berlebihan dan semakin berkurangnya mangsa akibat pencemaran laut.


Sumber :

https://id-id.facebook.com/ForumHijauIndonesia/posts/331774433580327?comment_id=61397200&offset=0&total_comments=5


Tidak ada komentar:

Posting Komentar