Sabtu, 15 Desember 2012

TULISAN ILMU BUDAYA DASAR II MANUSIA DAN CINTA KASIH

1. Cerpen yang berkaitan dengan hubungan manusia dan cinta kasih/ kasih sayang

1. At The Romantic Paris oleh Natania Prima Nastiti
  
At The Romantic Paris

Oleh Natania Prima Nastiti

Selalu teringat dibenakku kejadian dua minggu yang lalu. Teringat akan senyuman tulus gadis itu juga kedua mata indahnya yang kugambarkan mirip dengan bulan terang di malam hari. Saat nyaris saja sebuah mobil menabrak gadis itu, dengan sigapnya aku menolong gadis yang tidak kuketahui namanya itu bak seorang pahlawan. Kejadian itu benar-benar membuatku gelisah sekarang. Ditambah pancaran sinar dari wajah cantik gadis itu yang membuatku tambah tak karuan. Bahkan hingga saat ini, aku masih saja terus gelisah memikirkan gadis cantik itu. Hingga saat ini, saat sesuatu yang tidak terduga datang lagi kepadaku..

            Kupotret bangunan-bangunan di Kota Tua sore itu, semua orang yang lewat, para pedangang yang menanti pembeli datang. Hingga sesuatu yang tidak terduga itu terjadi. Diantara banyak orang-orang lewat sambil tertawa ria, aku melihat sosok wajah yang familiar. Ya, gadis itu. Gadis yang kutolong dua minggu lalu. Dia juga sedang asik mengabadikan kejadian-kejadian menarik di Kota Tua sore itu. Kemudian terukir sebuah senyuman dibibirku, dan aku pun berlari menghampiri gadis itu. “Hey!” sapaku. Gadis itu menoleh sambil tersenyum indah dengan tampang agak sedikit bingung dan ragu. “Dua minggu lalu, kita ketemu saat kamu mau ketabrak mobil. Udah inget sama aku?” tanyaku menjawab tanda tanya dipikiran gadis itu. Gadis itu kemudian tertawa sambil menganggukkan kepalanya.


            “So, kamu seneng photograph juga, Sar?” tanyaku setelah kami berkenalan dan aku tau nama gadis itu adalah Sarah. “Iya. Dari SMA aku udah suka photograph. Seneng aja gitu bisa ngabadiin hal-hal menarik yang kadang nggak kita sadarin” jawabnya sambil tersenyum lembut ditambah sebuah lesung pipi di pipi kanannya. Aku mengangguk. “Emm, kapan-kapan boleh kali hunting bareng. Hehe” ucapku basa-basi. “Oh, boleh-boleh! Secepatnya deh direncanain tempatnya, soalnya baru-baru ini aku juga ada rencana mau hunting gitu deh” jawabnya bersemangat. “Oke deh, pasti diusahain cepet cari tempat huntingnya, Sar” sahutku sambil mengedipkan satu mata kearahnya. Sarah tertawa kemudian dia memotret seorang ibu yang sedang menggandeng kedua anak kembarnya. “Mau es krim?” tanyaku lagi. Sarah mengangguk.


***


            Semakin lama, semakin dekat aku dengan Sarah. Takdir memang tidak kemana, pertemuanku dengan Sarah benar-benar takdir yang indah. Apalagi setelah kita berdua hunting bersama di sebuah wisata air terjun di Jawa Tengah, kita berdua menjadi semakin akrab lagi. Kita berdua sudah saling berbuka cerita satu sama lain. Berbagi inspirasi, cerita, pengalaman, trik-trik memotret yang baik dan lainnya. Sampai kuketahui ternyata kedua orangtua Sarah telah lama meninggal dan sekarang dia tinggal bersama tantenya dengan hidup yang sederhana. Kenang-kenangan dari kedua orangtuanya hanya sebuah kamera yang sekarang selalu berada disisinya juga keinginan orangtuanya yang selalu ada dipikiran Sarah. Mereka ingin sekali Sarah menjadi photografer handal, terkenal dan bisa melanjutkan studi di Paris. “Mereka mau banget aku bisa ke Paris, menjadi seorang mahasiswi dan seorang photografer yang handal, Zan. Jika suatu saat aku bisa memamerkan hasil foto-fotoku di Paris, mereka pasti akan bangga banget punya anak kayak aku. Makanya itu, sampe sakarang, aku terus berlatih jadi photografer yang handal supaya bisa dapet beasiswa ke Paris dari kampusku. I ever fail, but I always try it again and again”, jelas Sarah saat berbicara tentang keinginan orangtuanya. Dari situ aku mengerti, bahwa Sarah adalah seorang perempuan yang pantang menyerah demi keinginan orang yang disayanginya.


            Lima bulan telah berlalu dengan begitu cepat. Kedekatanku dengan Sarah semakin menjadi. Kehandalan Sarah dalam memotret suatu objek juga semakin mantap. Aku optimis, jika dia bisa mendapatkan beasiswa itu. Dengan berjalannya waktu dan kedekatan ini, timbul perasaan sayangku padanya yang lebih mendalam dari sebelum-sebelumnya. Aku semakin ingin menjaga Sarah sepenuh hatiku. Aku ingin sekali melindunginya dari apapun. Aku ingin selalu ada disampingnya selalu. Menemani harinya. Tapi, aku masih belum berani mengungkapkan perasaan sayang ini padanya. Mungkin aku memang cowok pengecut yang takut ditolak cintanya dengan Sarah jika aku mengungkapkan isi hatiku yang sebenarnya. Tapi, aku memang benar-benar takut. Sampai saat ini Sarah tidak pernah memperhatikanku sampai sedetail mungkin. Dia hanya memerhatikanku sebagai temannya, menurutku. Sampai malam itu, saat aku mengajaknya ke Puncak, malam yang sangat istimewa bagiku..


            “Dezan, kamu nggak mau ngomong sesuatu sama aku?” tanya Sarah tiba-tiba. seketika aku bingung menatap Sarah. Tapi Sarah membalas tatapan bingung itu dengan senyuman dan sebuah lesung pipi khasnya. “Emm, berbulan-bulan kita dekat, apa kamu nggak ngerasa sesuatu yang berubah dari hati kamu?” tanya Sarah lagi sambil memandang licik kearahku. Aku hanya menaikkan satu alisku keatas, bingung. “Oke, bukannya aku kepedean sih, but I think.. you like me”, ucapan singkat yang keluar dari mulut Sarah itu telah membuat sekujur tubuhku gemetaran. Aku rasa darahku berhenti mengalir. Kemudian aku menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan hingga tiga kali, baru kemudian kujawab ucapan Sarah tadi. “No I’m not. I don’t like you, but I love you, Sarah” jawabku kemudian. Sarah terlihat kaget sejenak, dan kemudian dia tersenyum indah sekali padaku. “Dari pertama insiden itu terjadi, aku udah tertarik sama kamu. Tadinya aku berpikir mustahil akan bertemu kamu lagi tapi ternyata takdir berkata lain. Kita berdua dipertemukan kembali di sebuah tempat indah dan saat suasana romantis tercipta. Sampai akhirnya kita semakin dekat dan semakin lama perasaan sayang itu terbentuk di hatiku untuk kamu, Sarah” ucapku. Tiba-tiba Sarah memelukku dengan erat, aku merasa bahuku basah. Sarah menangis. “I love you too, Dezan” ucapnya disela-sela isak tangisnya. Senyumku berkembang sambil membalas pelukan Sarah.


***


            Malam itu dirumah Sarah sangat ramai. Bertahun-tahun Sarah menginginkan dan akhirnya hari itu juga dia telah mendapatkannya. Malam itu juga genap hubungan kami yang setahun. “Thanks for Jesus, Father from all of children, yang telah memberikan kasih sayangnya padaku,  thanks for my friends, my belove’s aunt and thanks for my beloved, yang telah hadir disini. Aku mendapatkan beasiswa ini nggak luput dari peranan dan support dari kalian semua. Bertahun-tahun aku mengejarnya, ternyata pengejaran itu berakhir disini. Ditahun ke-6 kedua orangtuaku meninggal. Setelah nanti aku berada di paris, aku nggak akan pernah mengecewakan kalian semua terutama Tante Mira dan keluarga yang telah ngerawat aku setelah kepergian kedua orangtuaku. Aku benar-benar berterima kasih atas apa yang telah kalian lakukan padaku” ucap Sarah panjang lebar dihari kebahagiaannya malam itu. Pelukan dan ciuman hangat serta tangis haru beradu menjadi satu dimalam bahagia itu. Aku yakin, kedua orangtua Sarah juga pasti merasakan kebahagiaan di Surga sana.


            Setelah lama berbincang, kemudian Sarah pamit permisi sambil mengajakku keluar rumah. sarah memelukku kemudian mencium pipiku. Dikeluarkannya tiket pesawat keberangkatan menuju Paris besok dari dalam saku bajunya. “See it, Honey” ucapnya sambil tersenyum padaku. “Happy anniversary one year, Dezan” ucapnya lagi sambil meneteskan air mata. “Kenapa?” tanyaku sambil menghapus air matanya. “Walau nanti kita nggak ketemu, kita berbeda tempat, berbeda pijakan bumi dan hamparan langit, kita akan tetap saling mencintai kan? Kamu nggak akan ninggalin aku kan? Hati kita akan terus bersatu kan?” tanya Sarah semakin terisak. Aku tersenyum, “aku cinta sama kamu selama-lamanya, Sarah. Aku akan terus dan akan tetap mencintaimu sampai nanti kita akan kembali pada Tuhan. Only dead is over our”. “I wish, We can meet again and stay at the romantic place in this world, French. Paris. And at the heaven if we die” ucap Sarah sambil terus menangis. “Kita pasti akan bertemu di kota romastis sedunia ini, Paris dan di Surga jika kita mati nanti” sahutku mengikuti ucapan Sarah. Aku memeluk Sarah dan menciumi keningnya. Walau berat melepasnya, tapi aku rela demi kebahagiaannya... mungkin...


            Acara di rumah Sarah selesai sekitar pukul 01.00. semua teman-temannya sudah pulang dan aku pun pamit pulang pada Sarah dan keluarga Tantenya. Saat setengah perjalanan, tiba-tiba handphoneku bergetar. Kupinggirkan mobil di bahu jalan yang lumayan sepi itu. “Iya, Tante, ada ap..?” ucapanku terputus. Bulu kudukku berdiri, aku merasa jantungku akan berhenti saat itu juga. Apa ini? apa yang baru kudengar ini?! handphoneku terjatuh. Aku memandang kosong kearah jalanan yang sepi. Semua badanku kaku dan gemetaran. Ini pasti mimpi! Just dream! Just shit dream!!. Suara Tante Mira masih bisa kudengar saking sepinya jalanan itu. “Hallooo?! Dezan? Dezann?! Kamu dengar kan? Sarah kecelakaan! Kamu harus cepat ke rumah sakit!”.


***


            “We can meet again and stay at the romantic place in this world, French. Paris. And at the heaven if we die”. Teringat ucapan Sarah yang masih terdengar jelas ditelingaku. Ternyata pelabuhan terakhir memanglah Surga bukan kota romantis sedunia seperti Paris. Kelu lidah ini melihat gadis bergaun putih, bersarung tangan putih dengan tataan rambut yang indah dan wajah yang cantik tertidur pulas disebuah peti yang berbalut kain putih dengan banyak bunga di dalamnya. Kota Paris, hanyalah sebuah kota megah yang hanya dapat dia impikan tanpa bisa diraihnya. “Setelah kamu pergi, Sarah berlari mengejar mobilmu dan meneriaki namamu, Dezan. Hingga tanpa aba-aba, terdengar decitan rem yang sangat nyaring dari sebuah mobil sedan. Dan tanpa bisa dihentikan lagi, badan logam mobil itu telah beradu dengan tulang yang berbalut daging milik Sarah hingga dia terpental jauh. Tante nggak kuat, Zan, kenapa Tante harus menyaksikan sendiri peristiwa itu? Menyaksikan sendiri keponakan yang sangat tante banggakan akhirnya harus merelakan semua impiannya sia-sia”, ucapan Tante Mira tadi membuat tangisku semakin menjadi. Semua teman menyemangatiku. “Yang kami temukan, sebuah tiket menuju Paris dan sebuah foto ini”, ucapan Inspektur polisi malam itu, membuat aku mengeluarkan foto yang terkena bercak darah dari dalam kantong plastik. Foto mesra kami berdua. Foto cantik Sarah dengan senyumannya yang selalu tulus dan kedua matanya yang indah. Sama persis ketika aku pertama kali melihatnya dulu. Tapi sekarang senyuman itu akan pudar selamanya dan kedua mata itu akan tertutup tidak akan pernah terbuka lagi. Maaf jika kali ini aku tidak bisa menolongmu, Sarah. Ku relakan engkau Sarah, walau berat bagiku melepasmu kembali ke Sisi Tuhan...
2. Kau Lebih Dari Indah oleh Ummi Kulsum
Kau Lebih Dari Indah
Oleh Ummi Kulsum
Nama ku Winda, Aku menemukan cinta pertama aku saat aku duduk di kelas 1 smp. Mungkin terlalu dini untuk aku mengenal arti cinta saat usia aku baru menginjak angka 13. Aku menemukan pacar pertama aku melalui Hp, Ketika itu Ada nomor nyasar di hp aku, Dan akhirnya kisah kita berlanjut, Saat itu hanya dia lah yang dapat mengerti semua suasana hati aku. Namanya Resa Suharsanto.


Sejak kepergian ayah aku entah mengapa rasanya aku betul-betul kehilangan sosok seorang ayah, Namun setelah kehadiran Resa, Aku menemukan kembali kasih sayang seorang ayah. Walau aku belum mengetahui seperti apa wajah Resa yang selama ini hanya aku kenal melalui handphone seluler ku.

Siang itu tepatnya Hari jumat Aku dan resa sepakat untuk bertemu di rumah salah satu sahabat aku indri namanya, Seusai pulang solat jumat. Entah mengapa hati aku jadi tak karuan saat ingin bertemu dengan resa.
               “win itu kayanya resa deh”ucap Indri sambil menunjuk ke seorang laki-laki yang sedang mengendari motor mio.
Aku pun menoleh ke arah yang di tunjuk Indri, dan lelaki itu pun menoleh ke arah aku, lalu dia menghampiri aku.
               “hai.. kamu winda yah” sapa resa menunjuk aku
Entah mengapa hati aku berdegub begitu kencang ketika aku melihatnya
               “iya aku winda, oya kenalin ini sahabat aku indri” jawab aku dengan perasaan grogi
               “mending ngobrolnya di dalam aja” kata indri mengajak aku dan resa ke dalam rumahnya.
Aku dan Resa pun masuk ke dalam rumah indri,Resa duduk di samping aku,sungguh entah apa yang aku rasakan ada persaan yang tak pernah aku ketahui dan tak aku mengerti.
               “Kamu dari tadi di sini” tanya resa
               “yah lumayan dari pas pulang sekolah, aku langsung ke sini” jawab aku
               “udah bilang belum sama mama kalau kamu mau main dulu, nanti mama nyariin lagi” ujar resa
               “udah” jawab aku singkat, jujur entah mengapa aku tak kuasa menatap dia terlalu lama, karena perasaan ini terlalu menguasai aku dan aku takut persaan ini di ketahui oleh resa.
               “ini minumannya udah datang di minum yah, jangan di liatin aja” ujar indri pada kami dan pergi meninggalkan kami berdua.
Setelah kepergian indri suasana menjadi hening tak ada pembicaraan antara aku dan resa. Ketika aku melirik ke arah resa, aku dapati dia sedang memperhatikan aku.
               “Kamu kenapa sih,liatin aku kaya gitu”tanya aku yang mulai risih dengan padangan resa padaku
               “ga apa-apa, aku seneng aja liat kamu abis kamu manis banget sih” jawabnya
               “ih.. kamu bisa aja” jawab aku dengan malu-malu.
Namun dia tetap menatapku .
               “udah atuh jangan kaya gitu” ucap aku sambil memalingkan wajahnya dengan tangan aku.
               “ih.. pelit banget sih kamu mentang-mentang manis,” jawab resa sambil mencubit pipi aku.
Suasana berubah menjadi begitu ceria, Resa memang selalu membuat suasana hati aku menjadi begitu bahagia. Tak terasa waktu bergulir begitu cepat.
               “yah kayanya aku harus pulang,soalnya aku harus nganterin mama aku dulu, ayo pulang” ucap resa sambil menarik lengan aku
               “nanti aja, aku mau bantuin indri beres-beres dulu” jawab aku
               “udah sana pulang, kalau kaya gini mah kecil buat gue ga nyampe setengah menit” ucap indri mempropokasikan
               “iihh .. indri makasih banget yah atas semuanya” ucap aku
               “yah nyantai aja, lagian rumah gue kan jadi rame gara-gara ada kalian, sering-sering yah kesini biar ga sepi ni rumah” ucap indri dengan tulus
               “kita pulang dulu yah ndri” pamit resa
Akhirnya, aku pulang bersama resa, tak ada pembicaraan selama perjalanan, hingga akhirnya aku sampai di gang rumah aku dan mengucapkan terima kasih pada resa.

Setelah pertemuan itu Aku dan Resa menjadi semakin akrab, dia sering mengantar atau menjemput aku ke sekolah. Padahal sekolah aku begitu jauh di banding sekolahnya.
Tanpa terasa 1 bulan sudah aku mengenal resa. Saat aku sedang belajar hp ku bergetar ternyata ada sms dari resa

Nanti pulang sekolah aku jemput yah,
Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan sama kamu
Tunggu aku datang yah
Aku pun membalasnya
Okay...
Tapi jangan lama-lama yah datangnya

Entah apa yang ingin resa katakan pada aku,pikiran itu terus menghantaui aku hingga jam sekolah pun berakhir.
Ketika aku berniat sms resa ,tapi hp aku malah bergetar terlebih dahulu ketika aku lihat ternyata dari resa

Aku udah sampai
Sekarang aku ada di depan gerbang
Kamu udah pulang belum??
Sambil berjalan aku pun membalas sms darinya
Udah
Tunggu yah aku lagi jalan ke gerbang

Dari kejauhan telah tampak resa yang sedang duduk di atas motornya menunggu aku, aku pun mempercepat langkah aku.
               “hai udah lama nunggunya” ucap aku setelah sampai di hadapannya
               “ga kok, ayo naik” jawabnya tersenyum manis
Kami pun pergi dan sampai di sebuah danau yang indah
               “waah bagus banget pemandangannya” ucap aku berdecak kagum melihat sekeliling aku
               “iya ini tempat paling spesial, biasanya kalau aku lagi sumpek aku kesini untuk ungkapin semua perasaan aku” ucap resa menjelaskan
               “win aku mau ngomong sesuatu sama kamu” lanjut resa dengan wajah serius sambil memegang kedua tangan aku
               Resa pun melanjutkan kata-katanya” buat aku ini waktu yang tepat untuk ungkapin semua rasa yang aku rasain sama kamu dan ini adalah tempat yang tepat buat aku ungkapin ini semua, udah 1 bulan aku kenal kamu, sejak aku kenal kamu entah kenapa aku ngerasa nyaman sama kamu dan akhir-akhir ini rasa itu semakin besar” suasana hening sejenak
               “win aku sayang kamu, kamu mau kan jalani hari-hari kamu sama aku dan temani aku, Kamu mau kan jadi pacar aku” ucap resa terlihat keseriusan dan ketulusan dari matanya
Aku terdiam mendengar kata-katanya ternyata selama ini aku dan resa memiliki rasa yang sama
               “win aku harap kamu bisa jawab pertanyaan ku sekarang” ucap resa membuyarkan pikiranku
               “aku mau jadi pacar kamu, tapi aku belum boleh pacaran sama keluarga aku” jawab aku dengan menundukan kepala
               “aku tau kok kondisi kamu kaya apa, itu bukan hal yang harus di permasalahkan, aku bakal nunggu kamu sampai keluarga mu mengizinkan kamu pacaran” jawab resa sambil mengangkat kepala aku dan memeluk aku.
Hari ini Resa bukanlah sahabat aku lagi tapi kini aku bisa memiliki dia seutuhnya rasanya bahagia sekali bisa memiliki dia seutuhnya
Hari-hari yang aku lalui kini menjadi lebih indah. Semua dapat aku atasi dengan baik karena resa selalu ada dan selalu siap membantu aku saat aku sedang membutuhkannya.

Tanpa terasa hubungan kami pun telah berjalan satu tahun,tahun pertama dapat kita lalui dengan baik tanpa ada sedikit pun masalah rasa sayang ini pun makin besar padanya. Hari ini dia mengajakku untuk merayakan hari jadian kita, tapi sayangnya aku ga bisa karena hari ini ada ekskul yang tidak bisa aku tinggalkan, untungnya resa dapat mengerti. Pulang ekskul aku di jemput olehnya. Dia pun memulai pembicaraan antara kita.
               ”yank besok kamu bisa ga temenin aku ke ultah temen aku” tanya resa sambil mengendarai motornya
              “yah yank kayanya ga bisa deh, soalnya besok ada ekskul lagi yank” jawab aku
              “please yank temeninn aku, kan udah beberapa bulan ini kamu sibuk sama ekskul kamu, sehari aja temenin aku, soalnya temen-temen aku pada bawa pacar yank” ucap resa sambil merengek
              “liat besok yah yank,kalau aku dapat izin dari pembinaku, emang kapan acaranya” jawabku dengan perasaan bingung
              “pulang sekolah yank,masalahnya dia temen deket aku yank, ga datang ga enak akunya” ucapnya dengan rasa kecewa dengan jawaban aku.
              “iya sayang aku besok aku usahain”jawab aku berusaha mencairkan suasana
              “janji yah” ucapnya memastikan
              “iya” jawab aku
Tak terasa perjalan harus berakhir aku pun turun dari motor resa
              “makasih yah yank” ucap aku tersenyum manis
              “iya, nyampe rumah langsung mandi, makan, sholat terus istirahat yah” ucapnya memperhatikan aku
               “oke bos, hati-hati yah di jalan” jawab aku dengan penuh senyum
Resa pun pergi meninggalkan aku.

Hari ini seusai jam pelajaran aku menemui pembina aku untuk minta izin, karena aku tidak bisa mengikuti ekskul hari ini, awalnya sih ga boleh tapi akhirnya aku dapati izin itu. Setelah aku beritahu resa, dia pun menjemput aku dan kami pun pergi ke sebuah tempat makan. Disana sudah banyak sekali teman resa. Aku pun di perkenalkan satu persatu kepada temannya itu. Acara pun di mulai. Seusai acara kita semua ngobrol-ngobrol.
               “oya sambil ngobrol, enaknya sambil ngerokok ni” ucap andi salah satu teman resa sambil mengeluarkan beberapa bungkus rokok dari tasnya.
Resapun ikut menhgambil rokok-rokok itu, jujur aku kaget melihat resa merokok, selama 1 tahun ini aku tidak pernah melihatnya merokok.
               “ternyata dia seorang perokok” gumam aku dalam hati.
Sepanjang obralan mereka aku perhatikan resa sudah menghisap sebungkus rokok, Hingga akhirnya acara pun selesai aku dan resa pun pulang. Sepanjang jalan aku hanya diam, sungguh aku kesal ikut dengannya hari ini, di tengah perjalanan aku meminta dia untuk singgah di sebuah taman di pinggir jalan yang kita lewati.
               “Ada apa sih yank” tanya resa bingung karena aku menyuruhnya berhenti
               “Ada yang pingin aku omongin sama kamu” jawab aku dengan nada kesal
Resa pun mengikuti aku, Hingga kita terhenti pada sebuah tempat
               “apa yang mau kamu omongin”tanya resa mulai kesal
               “sejak kapan kamu merokok, kenapa selama ini di hadapan aku, kamu ga pernah melakukan hal itu. Apa memang ini yang selalu kamu lakuin kalau sama temen-temen kamu selama ini” ucap aku dengan penuh emosi
               “udah lumayan lama yank aku ngerokok, aku tau dari indri kalau kamu tuh ga suka sama laki-laki perokok, makannya selama ini aku ga pernah ngeroko di hadapan kamu” jelas resa dengan rasa bersalah
               “kamu tau aku ga suka rokok tapi kamu masih aja ngelakuin hal itu, dan kamu sembunyiin selama ini sama aku hal ini” ucap aku kesal
               “yank selama ini aku dah coba buat berhenti tapi ga semudah itu semua butuh proses dan sekarang juga aku lagi mengurangi rokok aku, aku cuman ga mau kehilangan kamu cuman gara-gara kebiasaan buruk aku ini” jawabnya kali ini nadanya mulai meninggi
               “mengurangi kamu bilang, tadi aja selama kamu ngobrol sama temen kamu, aku liat satu bungkus kamu habisin sendirian” ucap aku dengan emosi memuncak
               “yank sebelum aku kenal sama kamu, aku lebih parah dari yang kamu liat tadi” jawab resa lirih
               “aku cuman ga mau kamu sakit yank, rokok tuh ga baik buat kesehatan kamu” jawab aku dengan nada yang sedikit menurun
               “makasih yank, aku janji bakal nyoba buat terus berhenti merokok” jawab resa sambil mengelus kepala aku
Resa pun melanjutkan perjalanannya mengantarkan aku pulang hingga gang rumah aku. Semua masalah dapat terselesaikan dengan baik di tahun pertama ini.

Kini hubungan aku dan resa tak terasa telah memasuki tahun ke 2, Kali ini dia mengajak aku ke suatu tempat yang tak kalah indahnya dengan danau tempat kita jadian,tapi jaraknya cukup jauh di sana Resa memberikan aku kalung hati yang tertulis nama kita berdua satu di simpan olehnya dan satu lagi oleh aku,Namun tiba-tiba hujan turun karena tidak ada tempat berteduh resa pun mengajak aku mencari tempat untuk berteduh sambil mengendari motornya, setengah perjalanan telah kita lalui hingga akhirnya kita menemukan sebuah halte.”yank kita neduh dulu yah”ucapnya dengan suara menggigil
Aku dan resa pun segera meneduh di halte tersebut, Di lihatnya aku begitu kedinginan dia pun memakaikan jaketnya kepada aku
               “pakai yank nanti kamu sakit lagi,”ucapnya sambil membuka kaca helmnya
Aku sungguh terkejut ketika aku lihat wajahnya begitu pucat “kok wajah kamu pucat banget sih,kamu ga apa-apakan?”jawab aku sangat khawatir.
               “ga apa-apa kok yank”jawabnya sambil menutup kembali kaca helmnya
Setelah ujan reda Kami memutuskan untuk meneruskan perjalanan, Di sepanjang jalan aku mendengar resa tak berhenti batuk
               “Huunk..uuuhhuuk yank kerumah aku dulu yah”ucapnya masih dengan nada menggigil dan terdengar begitu lemah
               “ya udah”jawab aku dengan rasa khawatir karena dari tadi resa tak berhenti batuk
Sesampai dirumah resa,aku di sambut hangat oleh keluarganya
               “kalian kok basah kuyup begini sih”ucap ibu resa kaget melihat kami berdua
               “iya tante tadi kita keujanan di jalan,nyari tempat teduh susah banget”jawab aku sedikit canggung
               “ya udah kalian ganti baju dulu sana, abis itu makan siang dah”ucap ibu resa begitu ramah
Aku dan resa pun berganti baju, Aku di pinjami baju oleh kakak Rita kakaknya resa, Resa adalah anak ke2 dari 3 bersaudara,dia punya kakak perempuan dan adik laki-laki yang begitu mirip denganya namanya reza, Seusai berganti pakaian aku ikut nimbrung bersama keluarga resa dan makan bersama mereka, entah mengapa aku merasa sudah lama mengenal mereka,mereka begitu baik dan ramah pada ku,padahal ini pertama kalinya aku mengfenal keluarga resa. Satu jam sudah aku bersama keluarga mereka, namun resa tak juga turun dari kamarnya.
               “Resa kok lama banget yah di atas,sebentar yah win tante liat dulu”ucap mama resa
Aku hanya tersenyum, tapi entah kenapa perasaan aku merasa tidak enak aku merasa ada sesuatu yang terjadi pada resa, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa.Sejam berlalu ibunya resa baru turun dari kamar resa.
               “resanya kemana tante”tanya aku bingung karena resa tak ikut turun dari kamarnya
               “ada kok, tapi kayanya dia demam dan tadi tante suruh dia istirahat, tadi resa pesan katanya kamu pulangnya di antar supir aja, takut mama kamu nyariin ”jawab ibu resa
               “ga apa-apa tante nanti saya naik angkutaan aja,oya tante kayanya saya harus pulang soalnya udah larut malam”ucap aku, Entah mengapa kekhawatiran aku semakin menjadi
               “kok buru-buru sih”ucap bapak resa
               “iya om soalnya aku takut ibu di rumah nyariin kan tadi ga bilang dulu, makasih yah om,tante,kakak atas semuanya dan maaf saya udah ngerepotin semuanya ni”jawab aku sambil berpamitan pada mereka
               “ga kok,kita malah senang kamu main ke sini”jawab kak rita
               “ia, tante dan om juga seneng kamu jangan kapok yah main kesini”ucap papa resa
               “sering-sering yah sayang main ke sini,janji yah”ucap mama resa sambil memeluk aku
Aku tersenyum menjawab ucapan mamanya resa, Begitu harmonis dan ramah sekali keluarga resa terhadap aku. Akhirnya aku di antar pulang oleh supir di rumah resa, Aku pulang tanpa aku tahu bagaimana keadaan resa,sempat aku sms dia selama di perjalanan,Namun tidak ada satu pun sms ku yang di balasnya olehnya.

Tak terasa 3 hari berlalu, Resa tak juga menghubungi aku, bingung apa lagi yang harus aku lakukan.perasaan aku begitu tak karuan ada rasa cemas dan kesal mengelayut di hati aku.
               “eh. Kenapa loe dari tadi gue liatin bengong aja”ucap indri membuyarkan lamunan aku
               “lagi sebel gue ndri sama resa”jawab aku cemberut
               “apa yang di lakuin sih resa sampai bikin loe bete gini”tanya indri begitu bersemangat
               “beberapa hari ini dia ga hubungin gue,sms ga di bales,telpon gue juga ga pernah di angkat”jelas aku
               “kok bisa,loe bikin salah kali, atau dia punya cewe baru”ucap indri meledek aku
               “ih jahat banget sih loe”ucap aku kesal
               “hheehee.. ceritain dong sama gue asal mulanya sampai kaya gini”ucap indri memohon
Akhirnya aku cerita kan apa yang terjadi dengan kami, dan indri menyarakan aku untuk berkunjung kerumah resa sehabis pulang sekolah.
Usai pelajaran aku dan indri pun pergi kerumah resa,tapi ternyata aku tak mendapati hasil sesampai di rumahnya tak ada seorang pun yang aku temui, Rumah resa terlihat sepi dan kosong. Bahkan pembantu di rumahnya pun tak ada.
               “udahlah mungkin mereka lagi pada pergi kali, nanti kita coba lagi yah”ucap indri mencoba menghibur aku
               “mending kalau pergi datang lagi,tapi kalau mereka pindah rumah gimana ndri”ucap aku kecewa
               “itu semua ga akan terjadi,resa sayang sama loe dan dia ga akan ninggalin loe, percaya deh”ucap indri meyakinkan aku
               “kalau sayang dia ga akan giniin gue ndri”lirih aku
Indri hanya diam, tak mampu menjawab kata-kata terakhir aku.

Hari demi hari aku lewati tanpa resa semua begitu berubah, Tak ada lagi tawa yang tercipta kini hanya tersisa kesedihan. Tiba-tiba hp aku berdering, Ketika ada panggilan dari nomor yang tak aku kenal,
               “Asalamualaikum”ucap aku mengangkat telephone
               “walaikumsalam”jawab orang di serbang sana
               “maaf ini siapa yah”tanya aku pada seorang perempuan di serbang sana
               “ini kakak Rita”jawab suara di serbang sana
               “kakak rita, Apa kabar kakak dan ada apa yah kakak tumben telpon aku”ucap aku bingung
               “baik de,oya kakak pengen cerita sama kamu”ucap kakak rita begitu lirih.
               “Cerita aja kakak,siapa tau aku bisa bantu kakak”jawab aku
               “kakak bingung mau cerita sama siapa lagi, dan kakak inget kamu. Makannya kakak telphone kamu”ucap kak Rita
Kakak Rita pun mencerikan kisahnya bersama pacarnya yang belum mendapatkan restu dari orang tuanya,karena penampilan pacar kakak rita yang tak di sukai,padahal kakak rita sudah berkali-kali meminta pada pacarnya untuk mengganti penampilan pacarnya itu, namun yang di dapati oleh kakak rita yaitu kata putus,dan itu semua ga bisa kakak rita terima karena rasa sayang kakak rita udah begitu besar sama pacarnya itu.
               “ya udah lah kakak ngapain di pikirin cowo kaya gitu,cowo yang ga mau berkorban buat kakak,aku yakin suatu saat nanti akan ada cowo yang lebih baik yang bakal gantiin cowo kakak itu.dan rasa sayang itu lama-lama juga bakal hilang,wajar kalau saat ini kakak begitu sakit tapi lama kelamaan semua itu bakal hilang, sabar yah kakak”saran aku mencoba menenangkan
               “makasih yah sayang, emang ga salah resa milih kamu”ucap kakak rita
               “bisa aja kakak”jawab aku
               “sayang udah dulu yah, kamu jangan lupa istirahat dan makasih atas saran kamu”ucap kakak rita sambil mengakhiri telponnya
Ada kekecewaan di dalam hati aku, padahal aku pingin banget nanya soal resa tapi memang suasananya ga tepat.
Semenjak kejadian itu Kakaknya resa lebih sering telpon atau sms aku, tapi aku belum juga berani untuk menanyakan resa padanya.

Kini 2 minggu berlalu aku lalui tanpa resa, Tetapi sekarang semua sudah tak begitu berat aku lalui,aku mulai terbiasa tanpa dia.
Hari ini aku pulang bersama indri, Ketika sedang jalan menuju gerbang, aku melihat sosok laki-laki yang sudah lama tak aku temui, Namun aku ragu setelah aku mendekat pada sosok yang tadi aku lihat ternyata benar itu resa, Aku alihkan pandanganku seolah aku tak melihatnya.Padahal hati aku begitu bahagia ketika aku melihat resa,ada rasa rindu yang begitu besar padanya,Namun aku tetap memalingkan wajah aku
               “win itukan resa”ucap indri terkejut melihat resa
               “bukan ndri resa udah ga ada lagi dalam hidup gue” jawab aku tanpa menoleh ke arah yang indri tuju
               “bener tau itu resa”ucap indri meyakinkan aku
Namun aku terus berjalan hingga melewati resa.Resa pun mengejar aku
               “win...win”panggil resa, Namun aku terus berjalan bahkan mempercepat jalan aku, hingga akhirnya resa dapat meraih tanganku.
               “kamu kenapa sih”tanya resa
               “lepasin tangan aku”ucap aku sambil melepaskan genggaman tangannya
               “aku bakal lepasin tangan kamu asal kamu mau dengerin penjelasan aku”jelas resa
               “ga ada yang perlu di jelasin”bentak aku entah mengapa airmata aku keluar dari sela-sela mataku
               “win mending loe dengerin dulu penjelasan resa, biar semua masalah bisa clear dengan baik,jangan emosi gini malu tau di liatin orang”saran indri
               “sana naik , selesaiin semua dengan baik okay”lanjut indri
Aku pun ikut mengikuti kata-kata indri, dan resa melajukan motornya ke danau tempat pertama kita jadian. Disana dia menjelaskan kenapa selama ini dia menghilang.
               “aku tau kamu marah sama aku, aku menghilang gitu aja dalam hidupmu, bukan maksud aku untuk ninggalin kamu,tapi ada satu hal yang tak bisa aku katakan sama kamu yang ga bisa aku jelasin sama kamu”ucapnya
               “kenaapa ga bisa di jelasin apakah serumit itu hingga kamu ga bisa jelasin semua itu”jawab aku kesal
               “oke, aku bakal jelasin sama kamu, aku pergi karena beberapa hari ini, karena aku di ajak mama ke bandung,mama bertengkar hebat sama kakak dan mama menyita hp aku karena mama ga mau ada yang tau keberadaan kita di sana”ucap resa menjelaskan pada aku
Aku pun menerima alasannya itu, Karena alasan itu masuk akal dan sama seperti yang di ungkapkan kakak rita.
               “terus sekarang semua udah selesai”ucap aku
               “udah semua dapat terselesaikan dengan baik, kamu mau kan maafin aku”jawab resa dengan penuh penyesalan
Aku hanya mengagukan kepala menjawab pertanyaannya itu
               “aku sayang sama kamu”ucap resa sambil memeluk aku
               “janji yah jangan tinggalin aku lagi”ucap aku memeluk erat resa
               “aku janji”jawab resa
Semakin banyak masalah yang aku hadapi bersama resa, Semakin banyak yang aku ketahui tentang resa, Hari-hari aku kini kembali di penuhi dengan tawa dan canda, dan aku pun semakin dekat dengan keluarga resa karena aku semakin sering main ke sana.Hal yang selama ini selalu aku mimpikan kini menjadi sebuah kenyataan yang begitu indah,aku tak ingin semua hilang dan berakhir.
Hari kelulusan sekolah pun datang, Aku dan Resa lulus dengan hasil yang memuaskan. Resa memutuskan untuk masuk kesalah satu SMU terfavorit di tangerang, Sedangkan aku lebih memilih masuk ke SMK analis pangan di tangerang dan semua ini malah membuat kami semakin dekat walau jarang bertemu.

Memasuki tahun ke 4 ,Entah mengapa resa menjadi lebih jauh dari aku, Resa tak lagi sesering dulu berada di samping aku. Yah aku akui semenjak masuk SMU kami jadi lebih sibuk sekolah, bahkan sms pun jarang. Aku pun semakin sering mendengar dia jatuh sakit dan sesekali aku menjenguknya, tetapi resa dan keluarganya selalu bilang bahwa resa hanya kecapean karena banyak kegiatan di SMUnya, Hingga suatu hari dia mengajak aku untuk pergi jalan-jalan. Dari pagi sampai malam aku pergi bersama-sama dengannya, dia pun mengantarkan aku pulang
               “ada satu hal yang mau aku sampaikan sama kamu” ucapnya begitu serius setelah sampai di gang rumah aku
               “ada apa sih yank kok serius banget”jawab aku bingung melihat wajahnya berubah menjadi begitu serius
               “mungkin ini bakal terdengar begitu menyakitkan, tapi aku harus bilang ini sama kamu,aku rasa hubungan kita cukup sampai di sini aja”ucap resa dengan suara lirih
Aku begitu tercengah mendengar kata-katanya,”kenapa emangnya aku salah apa sampai kamu mutusin aku kaya gini”
               “kamu ga punya salah apa-apa,yang pasti harus kamu tahu kalau aku udah ga nyaman sama kamu, makasih atas semua dan aku harap kamu dapat menerima ini semua”jawab resa dan pergi meninggalkan aku sendiri.
Aku hanya bisa terdiam dan tanpa aku sadari resa telah jauh meninggalkan qku.Airmata yang menemani aku pulang hingga sampai di kamar aku ,rasa sakit yang aku derita lebih sakit dari semua hal yang aku alami selama ini, orang yang aku sayangi dengan mudahnya mengucapkan kata putus dan meninggalkan aku begitu saja. Tanpa aku tau apa salah aku.
Setelah kejadian semalam resa sama sekali tak sms ataupun telphone aku, Berkali-kali aku sms dan telphone dia untuk meminta penjelasan yang sejelas-jelasnya tentang keputusan sepihaknya itu. Namun tak satupun di gubris olehnya. Hingga rasa cinta dan sayang di hati ini berubah menjadi rasa benci akan sikapnya itu.

Hari-hari kini aku lalui tanpa bersemangat semua begitu berbeda, resa tak lagi ada di samping aku yang ada hanya rasa sakit yang tertinggal, Butuh waktu cukup lama untuk aku melupakannya dan sekarang aku lebih bisa terima kenyataan dan semua lebih baik dari hari kemarin., walau aku belum bisa melupakkannya, Semenjak aku putus dengan resa tak ada satu nomor keluarganya yang dapat aku hubungi . Kakak rita pun kini sudah tak lagi menghubungi aku.
Malam ini entah mengapa ada rasa rindu yang begitu besar pada resa, rasanya aku ingin bertemu dengannya, Tapi tak ada yang bisa aku perbuat, hingga aku tertidur lelap,

Sore itu hp aku berdering,ketika aku lihat ternyata nomor yang tak aku kenali, Aku pun mengangkatnya
               “hallo, siapa ini??”sapa aku pada orang di serbang sana
               “hallo ini bener winda”ucap orang di serbang sana
               “ia benar, ini siapa” jawab aku dan mengulangi pertanyaan aku
               “ini kak rita win”ucap orang di serbang sana dengan lirih
               “kak rita, ada apa kak”tanya aku bingung karena selama ini kak rita telah menghilang semenjak resa memutuskan aku
               “kamu bisa ga ke rumah sakit sekarang”ucap kak rita, dengan suara begitu sedih
               “siapa yang sakit kak”tanya aku bingung
               “udah kamu ke rumah sakit aja,nanti kamu akan tau siapa yang sakit, ajak juga indri yah”jawab kak rita sambil memberikan alamat rumah sakit dan ruangannya
               “makasih yah de, kakak harap kamu bisa datang”ucap kak rita sambil mengakhiri telpon
Aku pun tanpa membuang waktu langsung pergi dan tak lupa aku ajak indri turut bersama aku, Sesampai di rumah sakit, aku pun langsung menanyakan ruangan yang aku tuju. Dan langsung menuju ruangan tersebut. Setelah sampai di depan ruangan yang aku tuju begitu tercengah aku ketika ku lihat bacaan yang tertera di depan pintu ICU, hati aku semakin khawatir aku takut yang berada di dalam adalah orang yang aku sayang,aku pun terdiam di depan pintu bertuliskan ICU, aku berharap aku kak rita salah memberitahu ruangan yang aku tuju. Indri mencoba menenangkan aku. Hingga ada suara yang memanggilku dari belakang
               “winda” panggil kak rita di sertai mama resa
               “tante , kakak”aku pun menghampiri mereka bersama indri
               “kamu apa kabar”tanya mama resa
               “baik tante, resa kemana tante”jawab aku entah mengapa pertanyaan itu melontar begitu saja dari mulut aku
Mama resa pun langsung menangis mendengar pertanyaan aku dan kak rita pun mencoba menenangkan
Aku dan indri pun bingung melihatnya dan terdiam.
               “apa yang sebenarnya terjadi tante sama resa, kok tante nangis”tanya aku penasaran
Suasana hening sesaat, hingga akhirnya mama resa mulai tenang dan menjelaskan
               “win kamu adalah wanita pertama yang resa bawa ke rumah dan di kenalkan sama kami,kamu juga wanita pertama yang mengenalkan cinta sama resa, Sejak resa kenal kamu,dia berubah menjadi anak yang baik,telihat jelas begitu tulus cintanya padamu, terlihat jelas bahwa dia tak ingin kehilangan mu,tante rasa kamu juga begitu. Kalian terlihat begitu saling mencintai, waktu itu resa pernah meninggalkan kamu beberapa bulan kan”tanya mama resa, aku pun mengaguk,dan mama resa melanjutkan pembicaraannya “sebenernya dia ninggalin kamu untuk berobat ke jakarta, dia ga mau kamu tahu soal penyakitnya karena takut kamu mengkhawatirkannya,makannya dia lebih memilih berbohong padamu”
Entah mengapa hati aku terasa sakit dan takut, airmata aku tak terasa mengalir”resa sakit apa tante”
               “dia terkena kanker paru-paru dan kini kanker itu semakin menjalar, dokter bilang kanker di tubuhnya telah memasuki stadium 4”jelas mama resa lirih
Aku pun tak kuasa mendengar jawaban itu,airmata aku semakin deras mengalir, aku tampu mampu untuk membayangkan betapa menderitanya orang yang aku sayangi selama ini.Mama resa pun mendekap aku erat
               ”sabar yah sayang,apa yang kamu rasain sama kaya apa yang tante rasain. Kita sama-sama ga mau kehilangan resa. Tapi kalau itu kehendak tuhan kita hanya bisa menerima ini semua, sekarang kamu lihat keadaan resa dulu,dia pasti senang kamu datang” ucap mama resa dan menghapus airmata di pipi aku
Aku dan indri pun memasuki ruang ICU, kita berganti pakaian dan mensterilkan badan kita, Ketika aku masuk ke dalam ruangan itu, Langkah kaki aku terhenti, Ketika aku melihat sosok pria yang aku sayangi sedang terbaring tak berdaya dengan selang dan kabel-kabel di tubuhnya,Airmata aku mengalir kembali dan indri pun berusaha menguatkan aku untuk mendekat ke sosok tersebut.
Sampai di dekat resa aku benar tak kuasa melihatnya, terlihat begitu tenang wajahnya ,tapi aku tau pasti dia sedang menahan rasa sakitnya itu
               “yank bangun, sekarang aku ada di sini,jangan tidur terus donk”ucap aku lirih
               “iya resa bangun donk, ada winda ni,dari beberapa bulan ini dia pengen ketemu banget sama loe, makannya sekarang dia datang”ucap indri dengan airmata yang mengalir di pipinya
Aku tak mampu berkata-kata lagi, Aku genggam tangannya dan airmata jatuh dan menyentuh tangannya. Karena melihat kondisi aku indri mengajak aku keluar.
               “resa istirahat yang banyak yah, aku sama winda nunggu kamu di luar”ucap indri sambil merangkul aku untuk pergi
Begitu berat untuk aku meninggalkannya. Tapi jujur aku tak sanggup bila harus berada terus menerus di dalam ,dengan melihat kondisinya saat ini. Hingga malam aku di sana tak sanggup aku untuk meninggalkannya aku takut terjadi sesuatu dengannya, Tapi aku harus pulang, karena ibu aku sudah mengkhawatirkan aku. Aku dan indri pun berpamitan pada keluarga resa dan di antar pulang oleh supir. Sesampai dirumah aku malah tidak bisa tidur aku terus sms kak rita agar aku tahu kondisi resa.

Kak kalau ada perkembangan tentang resa kasih tahu aku yah
Kak Rita pun membalas
Iya ade ku tersayang
Udah malem ni
Kamu harus istirahat,jangan mikirin resa terus
Nanti kamu sakit lagi dan pasti resa bakal sedih kalau kamu sakit
Kamu istirahat yah
Selamat istirahat
Have a nice dream 
Aku pun terlelap dam tidur aku.

Esok paginya aku pun segera bersiap untuk berangkat sekolah, seusai sarapan aku lihat hp aku, Begitu terkejut aku ketika aku lihat ada 56 panggilan tak terjawab aku lihat ternyata semua dari kak rita,Aku pun jadi bertanya-tanya apa yang terjadi sampai sebanyak ini panggilan tak terjawab.Aku pun berpamitan,Aku coba menghubungi kembali kak Rita, Namun tak ada jawaban dari kak Rita.lalu aku mencoba sms kak Rita

Maaf kak semalam aku udah tidur
Jadi tidak bisa angkat telpon kakak
Emangnya ada apa yah kak???

Sms aku pun tak ada jawaban, Rasa khawatir menyelimuti diriku, Tapi aku terus mencoba berbaik sangka dan menenangkan perasaan aku.Hari ini aku ga konsen belajar,Hingga waktu pun terasa lama, Waktu istirahat ini aku pergunakan untuk mereayu pembina ekskul aku untuk meminta izin padanya,karena pulang sekolah nanti aku akan menjenguk kekasihku tersayang,Hari ini perasaan aku ingin sekali bertemu dengannya dan entah mengapa perasaan aku tidak enak terhadap resa. Bel tanda pulang sekolah pun berbunyi dan handphone aku pun berdering. Aku lihat ternyata kak Rita tanpa membuang waktu aku pun langsung mengangkatnya
               “Assalamualaikum, ada apa kak,maaf semalam telphonnya ga aku angkat soalnya aku udah tidur kak”ucap aku pada kak rita
               “walaikumsalam, ga apa-apa de,oya sekarang kamu bisa ga ke rumah sakit,udah pulang sekolah kan”jawab kak rita sambil menangis
               “iya kak bisa,emang ada apa kak”ucap aku penuh dengan rasa penasaran
               “kamu kesini aja yah, cepetan”jawab kak rita
Tanpa membuang waktu aku pun mempercepat langkah aku,walau rasanya kaki ini sudah begitu lemas untuk melangkah,hingga aku pun memasuki ruang ICU, tanpa banyak bicara mama resa menyuruh aku untuk masuk ke ruang ICU.
Kembali aku tak dapat menahan airmata ini,Aku lihat Resa sudah begitu lemas dan tak mampu menahan penyakitnya lagi.aku pun melangkah ke hadapan resa.Aku genggam tangannya
               “Udah saatnya kamu bangu sa, Udah terlalu lama kamu tertidur, aku kangen sama kamu, dikit lagi hari jadian kita yang ke 4,aku pengen banget ngerayain hari jadian kita di danau sama kamu, kamu harus janji yah buat bangun dan terus melawan penyakit kamu itu”ucap aku dengan derai airmata yang tak mampu lagi aku tahan
Seketika tangan resa menggenggam erat tangan aku, aku pun terkejut melihat reaksi yang di berikan resa,terlihat mata resa yang berkedip, Namun rasanya berat sekali baginya untuk membuka matanya,Akuppun memanggil suster dan ketika dokter dan suster datang beberapa saat genggaman itu mulai melemah hingga alat pemacu jantung pun berubah menjadi garis lurus.
Dokter langsung menangani resa, Tanpa menyuruh aku untuk keluar aku hanya bisa memanggil namanya dan terus memberi dia semangat untuk bertahan,Sampai dokter menyatakan menyerah.Aku tak kuasa melihat tubuh resa yang kini menjadi kaku,Terdengar jerit tangis mama dan kakak rita.Tubuh resa pun di tutup oleh kain putih,Ketika aku melihat hal itu tiba-tiba tubuh aku terasa begitu lemas dan tak berdaya hingga aku pun jatuh pingsan.
Entah apa yang aku alami ketika aku bangun ternyata aku sudah berada di kamar aku. Aku berharap kejadian itu hanya mimpi, Tapi ternyata semua kenyataan, Karena aku lihat ada indri di samping aku dengan busana hitam-hitam
               “sabar yah, gue yakin ini jalan terbaik buat resa”ucap indri dan memeluk aku erat
               “terus sekarang resa gimana”tanya aku lemas
Indri menangis begitu terisak mendengar pertanyaan aku.lalu indri memeluk aku dan berkata“dia udah di makamin,tadinya mau nungguin loe tapi loe ga sadar-sadar”
Jawaban indri membuatku semakin terpukul, Begitu berat rasanya kenyataan ini harus aku pikul, Seakan tuhan ga adil akan diri aku kenapa harus resa yang pergi kenapa bukan aku saja, Aku tak mampu bila harus menjalani kehidupan ini tanpa resa.

Kepergian resa membuat aku berhenti sejenak menjalani kehidupan aku. Hingga orang tua aku membawa aku ke seorang psikiater, Sebulan aku ikuti terapi, Hingga akhirnya aku bisa menerima kenyataan ini, Kenyataan bahwa resa telah pergi dan takkan kembali lagi dalam kehidupan aku. Tak luput indri pun selalu menguatkan aku, Malam ini aku putuskan untuk mengemas barang-barang pemberian resa,Esok siang akan aku kembalikan semua barang ini pada keluarganya, Aku tak ingin larut dalam kesedihan, karena entah mengapa airmata aku mengalir begitu saja ketika aku melihat barang-barang ini bayangan tentang resa muncul kembali dan kisah-kisah terindah kita kembali terbayang.
Siang ini aku kerumah resa dengan membawa kotak berisi barang-barang resa dan es krim reza, Ketika aku sampai di depan pintu rumah resa aku dapati Reza sedang main seorang diri
               “kakak”sapanya ketika melihat aku
               “hai. Giman kabar kamu,ini kakak bawa sesuatu buat kamu”jawab aku sambil memberikan es krim yang aku bawa
               “baik kakak. Makasih yah”jawabnya begitu bergembira
               “mama ada de”tanya aku sambil mengusap kepalanya
Belum sempat Reza menjawab kak Rita keluar dari dalam rumah
               “winda”sapa kak rita sambil menyambut memeluk aku
               “gimana kabar de,udah lama ga main kesini”ucap kak rita
               “aku baik kak,aku lagi banyak tugas sekolah”jawab aku
               “ayo masuk dulu”ajak kak rita
               “ga usah kak, aku kesini Cuma mau balikin ini”jawab aku sambil memberikan kotak yang aku bawa pada kak rita
               ”kenapa kamu balikin semua ini de”tanya kak rita seusai melihat isi kotak yang aku bawa
               “aku rasa aku sudah tak mampu untuk menyimpan ini semua, maaf yah kak aku ga bisa lama-lama aku harus segera pulang,permisi”ucap aku lalu aku pun pergi meninggalkan rumah resa
Aku tak mampu berlama-lama di sana begitu banyak kenangan yang terukir di rumah itu dan aku tak mampu untuk melihat reza karena wajahnya begitu mirip dengan resa, Itu semua hanya akan membuat aku kembali terbayang sosok resa.

Semajak hari itu aku tak pernah lagi berkunjung ke rumah resa, Namun bagi aku hal terindah yang aku rasakan adalah ketika aku sempat mmengenal dan memiliki resa, walau hanya sementara, Banyak hal yang aku temukan dari resa, Aku menemukan arti sebuah kasih sayang,menghargai dan indahnya di cintai. Hingga hari Resa tak dapat aku lupakan bahkan tak mampu diri ini melupakannya, Karena dia akan selalu hidup di hati ku.

Selama jalan Cinta Pertama Aku, Aku yakin saat ini kau sedang bahagia di dalam Surga dan Kelak kisah kita kan abadi di dalam sana.

3. OH BUNDA ! oleh Alief Murobby
OH BUNDA !
Oleh Alief Murobby
Rintik-rintik hujan akhirnya mulai turun, membasahi kota Jogja. Mendung yang sedari tadi menggelayut, kini mulai memuntahkan isinya. Beberapa pengendara motor mulai menepikan kuda besi mereka untuk sekedar berteduh ataupun memakai jas hujan. Dinginnya air hujan rupanya tak mampu mendinginkan panasnya hati Ava. Tanpa memedulikan tangannya yang mulai kebas akibat sengatan hawa dingin dan bajunya yang basah kuyup, Ava terus menggeber Astrea Grand-nya menuju kearah barat daya, tepatnya menuju kearah alun-alun utara keraton. Ditebasnya jalanan dengan sangat lincah, tak peduli dengan orang-orang yang mengumpat saat terkena cipratan air dari motornya. Pikirannya sangat kalut. Lalu tanpa diinginkannya, Ava kembali mengingat peristiwa yang membuat hatinya sangat marah itu.

***

“ Bun, uang buat bayar kuliah semester ini mana?” tanya Ava pada ibunya yang sedang menghitung uang hasil penjualan nasi pecel yang dijualnya tiap fajar di stasiun Lempuyangan. Raut muka ibunya langsung berubah. Gelisah.

“ Bunda cuma dapet segini, Le,” ucap Bunda seraya menyerahkan seluruh uang yang tadi dihitungnya. Ava agak kaget begitu menghitungnya kembali. Cuma dua ratus ribu lebih sedikit.

“ Bunda ini gimana sih? Kan aku udah minta sejak seminggu yang lalu, masak cuma segini? Kalau cuma segini, jelas nggak akan cukup.” Nada suara Ava mulai meninggi. Warna wajahnya pun mulai memerah, pertanda emosinya mulai tersulut. Bunda tahu persis hal itu. Insting seorang ibu, mungkin.

“ Tapi Bunda hanya punya uang segini, Le. Nanti kalau dagangan Bunda laris, uangnya buat kamu semua. Bu Nugroho, tetangga kita yang kaya itu, juga bersedia meminjami ibumu ini uang. Ndak usah kuatir,” ucap Bunda dengan logat khas Jogja, sembari mengelus kepala anak laki-lakinya itu, berusaha meredam emosinya. Dengan kasar, Ava menyentakkan tangan ibunya, lalu berteriak marah.

“ Bunda yang cuma tamat SMP tau apa?! Kalo besok aku nggak bayar biaya kuliah semester ini, aku bisa di-DO tau!” bentak Ava keras. Saking kerasnya, Nina adiknya, sampai keluar dari kamarnya.

“ Kakak apa-apaan sih?” tanya Nina.

Ava menjawabnya dengan ketus,” Diem kamu, anak kecil!”

“ Kakak tuh yang diem!” Emosi Nina ikut tersulut. “ Bicara sama orangtua tuh yang sopan. Malah dibentak-bentak. Dasar durhaka!”

Plak! Sebuah tamparan melayang ke pipi Nina.

“ Jaga mulutmu!” teriak Ava.

“ Kakak tuh yang jaga mulut!” Nina langsung membalas sambil memegangi pipi kirinya yang memerah akibat tamparan Ava. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Sang Bunda langsung memeluk anak perempuannya. Dia juga mulai menangis.

“ Udah, udah. Jangan berantem,” kata Bunda lirih. Ava langsung beranjak pergi meninggalkan kedua perempuan itu. Sang Bunda hanya berucap pelan, berulang-ulang.

“ Astaghfirullah.”

Tak terasa, Ava telah sampai di alun-alun utara. Suasana sore itu tak terlalu ramai, hanya ada beberapa lapak pedagang yang buka. Ava memilih duduk di salah satu bangku yang kosong, tepat dibawah pohon mahoni untuk mengeringkan pakaiannya yang basah dan menghilangkan sisa-sisa kejengkelan yang masih mengndap di dasar hatinya. Beberapa pengamen jalanan memainkan alat musik mereka. Ada gitar, harmonika, kendang, dan biola. Sederhana namun tetap nikmat untuk didengar. Tiba-tiba seorang violin jalanan duduk disampingnya. Kulitnya hitam, tapi raut wajahnya jenaka.

“ Mau request lagu, Mas? Cuma seribu per lagu,” tawar si violin. Ava merogoh sakunya dan menemukan uang dua ribu rupiah. Disodorkannya uang itu pada si violin.

“ Maen lagu apa aja, yang penting enak di telinga. Kembaliannya ambil aja.”

Si violin langsung bersiap mengambil nada awal. Saat biola mulai digesek, Ava kaget. Dia tahu persis lagu itu. Tak disangka, violin itu memainkan lagu bunda karya Melly Goeslaw. Tanpa sadar, Ava ikut bernyanyi mengiringi alunan lagu.

Kata mereka diriku slalu dimanja
Kata mereka diriku slalu ditimang

Air mata Ava keluar tanpa mampu ditahannya. Ia terus menangis hingga si violin selesai membawakan lagunya.

“ Kenapa, Mas? Terharu, ya? Lha wong keturunan Mozart, je! Hehehe,” canda si violin.

“ Mas sih enak masih punya motor,” lanjutnya. “ Punya rumah, punya keluarga. Pasti enak. Nggak kayak saya. Hidup pindah-pindah. Rumah nggak punya. Orangtua nggak tau dimana.”

Violin itu terdiam sejenak. “ Tapi walaupun gitu, saya tetap bersyukur kok. Syukur masih bisa makan. Syukur masih bisa maen biola. Syukur masih bisa hidup.”

Perkataan pengamen itu membuat Ava tersadar. Apa yang telah kulakukakan? batin Ava. Padahal Bunda telah bersusah payah menghidupiku, tapi aku malah membentaknya. Aku bahkan tega menampar adikku sendiri! Dasar bodoh! Ava merutuki kebodohannya. Dia menyesal, sangat menyesal telah mengasari ibunya dan menampar adik satu-satunya.

Violin itu berkata lagi,” Saya pernah didawuhi seorang Kyai. Beliau berkata,’ Untuk urusan dunia, jangan lihat ke atas, tapi lihatlah ke bawah. Lihatlah orang yang hidupnya lebih susah dari kita, supaya kita bersyukur sudah diberi nikmat lebih daripada orang lain.’ Gitu, Mas. Lho, lho, Mas. Mau kemana? Pulang?” tanyanya begitu melihat Ava bergegas menyalakan motornya. Ava ingin segera pulang ke rumah. Ke pelukan bunda.

Si violin menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kebingungan. “ Apa aku salah bicara, ya?”

Saat Ava telah sampai dirumahnya yang berada di kawasan Danurejan, dilihatnya sang Bunda sedang duduk di beranda. Nina duduk disamping ibunya dengan muka ketus. Begitu melihat ank laki-lakinya pulang, wanita itu segera beranjak mendekatinya. Senyum terpatri di wajah keibuannya.

“ Alhamdulillah Le, kamu sudah pulang. Udah Bunda bilang, soal biaya kuliah, kamu nggak usah kuatir.” Sambil bicara, Bunda merogoh kantong bajunya lalu menarik sebuah kalung emas. Bunda tersenyum lagi.

“ Nanti kalung ini akan Bunda gadaikan. Uangnya buat kamu semua.”

Mendengarnya, Ava semakin merasa dirinya adalah anak yang sangat durhaka. Kalung itu adalah mas kawin yang diberikan ayahnya saat menikahi ibunya dulu. Kalung yang sangat disayangi ibunya. Ia sering melihat ibunya menangis sambil memeluk kalung itu, mungkin karena teringat pada ayah yang telah lama meninggal.

“ Bunda, pokoknya jangan pernah menjual kalung ini. Soal biaya kuliah, biar nanti Ava cari sendiri.” Ava berkata sambil menahan air matanya. Bunda menatapnya dengan bingung.

“ Lho kok…” Tanpa memberi kesempatan pada Bunda untuk bertanya, Ava memeluknya dengan sangat erat.

“ Maafin Ava, Bunda,” ucap Ava lirih, lalu ia menangis dalam pelukan ibunya. Bunda hanya tersenyum kecil, lalu berujar sambil mengelus kepala Ava.

“ Ndak papa, ndak papa. Kamu ndak pernah punya salah sama Bunda. Yang penting, minta maaf dulu sama adekmu. Tadi dia nangis terus.” Ava melepaskan diri dari sang bunda, lalu berjalan menuju Nina yang terus menatapnya. Ava berlutut di depan adiknya.

“ Maafin kakak, ya?” Nina memandang kedua bola mata Ava dengan lekat, lalu tersenyum.

“ Apologies accepted,” jawab Nina, memaafkan kakaknya. Ava lalu meraih Nina ke dalam pelukannya. Sang Bunda lalu memeluk kedua anaknya dengan sayang. Saat itu Ava bersumpah, dia takkan pernah lagi membiarkan ibu dan adiknya menangis. Dia akan membahagiakan mereka, apapun yang terjadi. Tak ada yang dapat menghentikannya. Tak ada! 
 


 SUMBER:

http://cerpen.gen22.net/2012/11/at-romantic-paris.html
http://cerpen.gen22.net/2011/12/kau-lebih-dari-indah.html
http://cerpen.gen22.net/2012/01/cerpen-kasih-sayang-oh-bunda.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar